TEMPO.CO, Subang - Kelangkaan elpiji kemasan 3 kilogram di Subang, Jawa Barat, disebabkan oleh bocornya distribusi gas bersubsidi ini. Sejumlah pemilik pangkalan gas di Subang yang menyalurkan gas melon ini ke daerah Indramayu.
Seorang konsumen asal Kecamatan Compreng, Mahmud, mengatakan gas melon dijual pemilik pangkalan ke daerah tapal batas Subang-Indramayu, yakni Kecamatan Anjatan dan Kecamatan Haurgeulis seharga Rp 20 ribu per tabung. "Kami di sini jadi enggak kebagian jatah," ujar Mahmud.
Harga elpiji berukuran 3 kilogram di Subang memang lebih murah, yaitu Rp 18-19 ribu per tabung. "Itu mungkin yang menyebabkan pemilik pangkalan menujual ke luar daerah."
Salah seorang pemilik pangkalan elpiji di Compreng, Patra alias Enok, tak menampik tudingan tersebut. "Kami menjual ke daerah Indramayu kalau gas lagi banjir. Kalau sekarang mah boro-boro...."
Ia mengungkapkan bahwa saat ini kiriman gas bersubsidi ke pangkalannya dibatasi agen. "Jadinya sekarang langka," ujar Patra. Saat ini, untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya, dia malah membeli gas dari Kecamatan Patrol di Indramayu.
Ia mengaku menjual ke pengecer Rp 16 ribu per tabung. "Di pengecer langganan kami, gas dijual ke konsumen seharga Rp 18 ribu per tabung," ujar Patra.
Ketua DPC Hiswanamigas Kabupaten Subang Herry Pratikto mengatakan akan menindak tegas para pemilik pangkalan yang nakal. "Jika terbukti menyalahi aturan, bisa kami berhentikan pengirimannya," ujarnya.
Harry menyebutkan, pada Februari 2015, jatah stok elpiji tiga kilogram memang berkurang. "Dari semula 1,1 juta tabung, jadi 950-an tabung," katanya.
Dia menjelaskan bahwa harga eceran tertinggi elpiji di Kabupaten Subang Rp 14.500 per tabung di tingkat agen sejak Desember 2014 . Adapun harga gas yang dijual pangkalan kepada konsumen dan pengecer ditetapkan Rp 16 ribu per tabung.
NANANG SUTISNA