TEMPO.CO, Cilacap - Terpidana mati asal Brasil, Rodrigo Gularter, tampak tenang di Lapas Pasir Putih, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, menjelang eksekusi. Tapi kadang ia kerap berhalusinasi. Menurut pihak keluarga, pria berusia 42 tahun itu mengidap skizofrenia, penyakit gangguan jiwa yang ditandai dengan sering berhalusinasi.
Sepupu Rodrigo, Angelita Muxfeldt, menceritakan apa yang kerap dilakukan saudaranya itu di Lapas Nusakambangan. Menurut sang sepupu, Rodrigo kerap bertingkah aneh, termasuk bicara sendiri seolah berbicara dengan hantu.
"Tahanan lain tak berani mendekatinya (Rodrigo) karena ia kerap berbicara dengan hantu. Dia berbicara terus sepanjang malam. Sehingga tahanan lain jadi takut," kata Angelita, seperti dikutip dari News.com.au, Ahad, 22 Februari 2015.
Menurut wanita berusia 49 tahun tersebut, Rodrigo mengaku tidak percaya dia bakal dieksekusi mati. Dia juga mengaku kerap mendengar suara-suara yang memberitahukan kepadanya bahwa hukuman mati itu tidak jadi dilaksanakan.
"Dia mengalami gangguan kejiwaan, tapi dia tak ingin dibawa ke rumah sakit karena mengaku sedang sibuk. Dia juga bilang saat ini sedang bekerja membantu pengamanan penjara," ujar Angelita.
Dijelaskan bahwa Rodrigo sudah mengalami gangguan kejiwaan sejak usia remaja. Sejak itu, ia menjadi sasaran empuk kartel narkoba hingga berubah menjadi pecandu barang terlarang tersebut.
Rodrigo ditangkap dengan pria Brasil lainnya lantaran membawa enam kg kokain ke Indonesia pada 2004. Dia divonis hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Tangerang. Sementara dua rekannya dipulangkan ke Brasil.
Pengacara Rodrigo, Rico Akbar, mengatakan pihak keluarga sebelumnya meminta Kejagung RI untuk menunda eksekusi mati lantaran penyakit yang diderita pria Brasil tersebut.
Akbar mengatakan, Rodrigo sebelumnya sudah diperiksa tiga psikiater. Hasilnya menunjukkan terpidana kasus narkoba itu menderita skizofrenia. Pemeriksaan itu telah dilakukan pada periode Juli hingga November 2014.
Kejagung pun kemudian menunda pelaksanaan eksekusi mati tahap II demi memenuhi permintaan dari pihak keluarga di samping adanya perihal teknis yang harus dipersiapkan lebih matang.
Terkait dengan eksekusi mati Rodrigo, Presiden Brasil baru-baru ini menolak credential atau surat kepercayaan yang dibawa Dubes RI untuk Brasil Toto Riyanto. Atas hal itu, pemerintah Indonesia melancarkan protes dan menarik Toto Riyanto dari Brasil.
NEWS.COM.AU | WINONA AMANDA