TEMPO.CO, Jakarta - Tudingan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel bahwa ada permainan mafia di balik melonjaknya harga beras saat ini dibantah oleh pedagang. "Lihat datanya. Kalau harga naik karena pasokan turun itu hukum ekonomi, bukan mafia," kata Ketua Dewan Perwakilan Daerah Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) DKI Jakarta, Nelly Soekidi, saat dihubungi, Ahad, 22 Februari 2015.
Pasokan beras ke Pasar Induk Cipinang tercatat pada Jumat, 19 Februari 2015 lalu, sebanyak 665 ton. Dari jumlah itu, yang disalurkan sebanyak 555 ton. Sementara itu, stok yang tersimpan sebanyak 23.987 ton.
Hingga 19 Februari 2015, rata-rata pasokan beras ke Cipinang yang tercatat hanya 1.533 ton per hari. Jumlah itu turun cukup signifikan dibanding pasokan pada bulan lalu yang mencapai 2.819 ton per hari. Begitu juga bila dibandingkan dengan Februari tahun lalu (1.918 ton per hari), pasokan beras bulan ini turun 20,07 persen.
Sementara itu, ada 75 ribu ton beras yang telah digelontorkan melalui operasi pasar oleh Bulog sejak Desember 2014. Menurut Nellys, jumlahnya tetap tak cukup untuk menambal kekurangan pasok dan meredam kenaikan harga. "Sebanyak 75 ribu ton sejak Desember kan berarti kurang dari 1.000 ton per hari. Pasokan beras di Cipinang itu normalnya 3.000 ton per hari, sekarang kondisinya cuma 500-600 ton," tutur dia.
Turunnya pasokan beras tak urung mengurangi penyaluran beras dari pasar yang juga melayani perdagangan antarpulau ini. Hingga 19 Februari 2015, penyaluran rata-rata beras dari Cipinang ke wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan antarpulau tercatat sebanyak 2.027 ton per hari. Angka tersebut hanya 23,54 persen dibanding pada Januari 2015 yang penyalurannya mencapai 2.651 ton per hari.
Begitu juga dengan stok yang ikut anjlok. Rata-rata stok beras di Cipinang pada Februari 2015 tercatat sebanyak 28.186 ton. Angka itu turun 20,04 persen dibanding posisi stok normal, yakni sekitar 30 ribu ton. "Tapi itu stok cukup untuk memenuhi kebutuhan di DKI Jakarta selama delapan hari ke depan," kata Nellys.
Sementara pasokan untuk Jakarta aman, penyaluran beras antarpulau justru turun drastis. Realisasi perdagangan antarpulau sampai 19 Februari 2015 sebesar 6.470 ton, atau turun 38,87 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 10.584 ton.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menuding adanya mafia beras di balik lonjakan harga beras saat ini. Pasalnya, kata Gobel, sejak Desember 2014 hingga Januari 2015, Bulog sudah menggelar operasi pasar dengan menggelontorkan 75 ribu ton beras kepada pengelola Pasar Cipinang, PT Food Station, dengan harga gudang Rp 6.800.
Seharusnya, kata Gobel, pedagang menjual kepada konsumen dengan harga Rp 7.400 per kilogram. Namun, nyatanya, tidak ada pedagang yang menjual beras dengan harga tersebut. Padahal, dengan menjual seharga Rp 7.400, pedagang sudah untung Rp 600 per kilogram. "Ini kan tidak wajar. Harga naik 30 persen. Ini ada pedagang yang main nimbun-nimbun," kata Gobel, Jumat, 20 Februari lalu.
PINGIT ARIA