TEMPO.CO, Bekasi -- Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi berang setelah mendapatkan informasi bahwa kota yang dipimpinnya meraih predikat terkotor ke empat se-Jawa Barat. "Ini harus dievaluasi. Kenapa bisa jeblok?" kata Rahmat, Senin 23 Februari 2015.
Evaluasi, menurut Rahmat, dimulai dari aparatur pemerintah sendiri. Misalnya, menjadikan kantor pemerintahan yang bersih. Sehingga, masyarakat yang mendapatkan pelayanan menjadi nyaman. "Dengan begitu, ia yakin bakal diikuti oleh masyarakat sendiri," kata dia.
Selain itu, Rahmat meminta seluruh Camat dan Lurah agar memantau langsung di setiap lingkungannya. Rahmat berujar, apabila menemukan tumpukan sampah agar segera melaporkan ke Dinas Kebersihan. "Camat dan lurah harus mencari tahu, kenapa sampah telat diangkut?" kata Rahmat.
Adapun, kepada Dinas Kebersihan, Rahmat meminta agar segera meminta tambahan anggaran untuk membeli armada sampah. Sebabnya, tumpukan sampah di setiap tempat pembuangan sampah tak terangkut karena keterbatasan armada yang kini hanya mencapai 160 unit.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bekasi, Ahmad Syaikhu mengakui kalau Kota Bekasi masih banyak tumpukan sampah. Dengan begitu, ia mengaku tidak kaget jika Kota Bekasi mendapatkan predikat kota terkotor ke empat se-Jawa Barat. "Tidak bisa dipungkiri, karena masih banyak tumpukan sampah di lapangan," kata dia.
Sekretaris Dinas Perekonomian Rakyat, Kota Bekasi, Deded, mengatakan, bahwa dinasnya mendapatkan nilai terburuk yakni tak mencapai 30. Indikatornya, sampah banyak menumpuk di pasar tradisional. "Ada empat pasar yang dinilai, Pasar Baru, Bantargebang, Jatiasih, dan Kranji," kata dia.
Menurut dia, yang menyebabkan penilaian jeblok, saat itu kondisi TPA Sumur Batu tengah longsor. Karena itu, sampah pasar menjadi tidak terangkut. Setelah perbaikan, ujar Deded, kondisi normal kembali. "Waktu penilaian, kami terkena apes," kilah Deded.
ADI WARSONO