TEMPO.CO, Jakarta - Kader Partai Golkar pendukung kubu Agung Laksono menyoraki Wakil Ketua Umum kubu Aburizal Bakrie, Theo L. Sambuaga, dalam Sidang Mahkamah Partai, Rabu, 25 Februari 2015. Theo mengaku ketika itu diberi mandat Aburizal untuk memimpin rapat pada 25 November 2014, membuka, dan menutupnya.
Dalam rapat itu, Theo langsung membuka, membacakan keputusan dari Aburizal, lalu menutup pleno. Theo menyatakan semua peserta rapat setuju pelaksanaan musyawarah nasional pada 30 November-4 Desember 2014 di Bali. "Huu... bohong...," kata para pendukung Agung di ruang sidang di DPP Golkar, Rabu, 25 Februari 2015.
Sebelumnya, DPP Golkar mengadakan pleno pada 24 November 2014 di kantor di Jalan Anggrek Nelly, Jakarta Barat. Mereka membahas waktu pelaksanaan Munas IX. Namun tiba-tiba massa Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) merangsek masuk ke ruang sidang.
Rapat ditunda keesokan harinya. Namun, kata Theo, hingga esok hari situasi tak kondusif lantaran banyak anggota AMPG yang berseliweran di DPP Golkar. Pendukung Aburizal juga sesekali meneriaki anggota Mahkamah, Andi Matalatta. Freddy Latumahina menilai bekas Menteri Hukum dan HAM itu tak netral.
Musababnya, Andi menanyakan bagaimana kedudukan rapat pimpinan nasional, pleno DPP, dan hubungannya dengan munas. Freddy menilai rapimnas bisa menganulir putusan pleno. Sebelumnya, rapimnas di Yogyakarta menganulir putusan pleno ihwal pelaksanaan munas Januari 2015.
Andi lalu bertanya, "Apakah rapimnas adalah forum yang dipinjam untuk memberi tanggal pelaksanaan munas?" Sengketa jadwal ini, kata Andi, adalah menjadi munas tak demokrasi karena ada aklamasi. "Huu… netral, dong," kata pendukung Aburizal.
Sesaat kemudian, Wakil Ketua Umum kubu Agung Laksono, Yorrys Raweyai, menyuruh pendukung kubu Aburizal agar tenang. Terjadi perdebatan antara Yorrys dan seorang pengurus Golkar Maluku Utara. Akhirnya Yorry mengusir pendukung Aburizal itu. "Dia enggak bisa tenang."
MUHAMMAD MUHYIDDIN