TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Janet Yellen yang tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga membuat indeks dolar melemah.
Pelemahan dolar tersebut kemudian berdampak pada penguatan mata uang pasar berkembang, termasuk rupiah. Pada transaksi pasar uang pagi ini pukul 09.30 WIB, rupiah menguat 30 poin (0,23 persen) ke level 12.892 per dolar AS.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan, dalam pidatonya di hadapan Kongres Amerika Serikat kemarin, Janet Yellen menunjukkan kepuasannya terhadap laju perekonomian, kecuali inflasi. "Keinginan menaikkan suku bunga tetap ada. Namun, paling tidak dalam dua FOMC Meeting ke depan, Fed rate bisa dipastikan tetap," katanya.
Pasar merespons positif pernyataan Yellen tersebut, yang ditunjukkan dengan menguatnya indeks saham di bursa Wall Street dan turunnya yield obligasi AS. Pernyataan Yellen memberikan harapan bahwa mata uang dolar untuk sementara akan tertekan dan memberi dorongan positif untuk rupiah hari ini.
Kemarin rupiah ditutup melemah ke kisaran 12.900 per dolar AS. Pelemahan rupiah bersamaan dengan penguatan di pasar saham dan obligasi. "Belum terlihat intervensi berlebihan oleh BI di pasar valas terkait dengan pelemahan rupiah," ujarnya.
Mata uang Asia cenderung menguat terhadap dolar. Yen Jepang menguat 0,25 persen, peso Filipina menguat 0,27 persen, ringgit Malaysia menguat 0,58 persen, won Korea naik 0,52 persen, dan rupee India menguat 0,18 persen.
M. AZHAR