TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo memastikan tidak akan membuka keran impor beras saat ini meskipun harga beras tengah melambung hingga 30 persen di atas normal. Ia tidak ingin impor beras dilakukan karena berkaitan dengan nilai tukar rupiah.
"Jangan impor. (Kebutuhan beras) itu harus kita junjung sendiri. Kalau kita impor, ya, tergantung kurs," kata Presiden Jokowi saat ditemui di gudang beras Perum Bulog di Jakarta Utara, Rabu, 25 Februari 2015.
Senada dengan Jokowi, Direktur Utama Perum Bulog Lenny Sugihat menuturkan impor tidak diperlukan jika produksi nasional mencukupi. Saat ini pasokan beras di Bulog mencapai 1,4 juta ton. "Kalau produksi nasional melimpah, cukup pengadaan dalam negeri, untuk apa kita impor," ucapnya.
Lenny mengakui, sebenarnya cadangan beras bagi pemerintah titik amannya pada 1,5-1,8 juta ton. "Tapi kita akan segera panen raya, insya Allah. Kalau melimpah, ngapain impor," katanya.
Sejak Januari hingga 24 Februari 2015, Perum Bulog telah menyalurkan raskin sebanyak 174 ribu ton dan untuk operasi pasar beras 56.304 ton. Hari ini, Bulog menyalurkan lagi 25 ribu ton raskin dan 2.000 beras untuk operasi pasar di seluruh Indonesia. Beras raskin tersebut merupakan bagian dari rencana penyaluran sebesar 300 ribu ton pada Februari ini di seluruh Indonesia.
ALI HIDAYAT