TEMPO.CO, Jakarta - Ini kisah mahasiswa Indonesia di Jepang yang mengejar maling jemuran di negeri matahari terbit itu. Dia adalah Mohammad Jakfar Idrus, mahasiswa doktoral jurusan ilmu politik Kokushikan University, Tokyo. Jakfar adalah alumnus Sastra Jepang Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang kini sedang menyelesaikan disertasinya di Negeri Sakura.
Ia memergoki maling jemuran, sesuatu yang lumrah terjadi di permukiman padat di Indonesia, di apartemen yang ia tinggali di Jepang pada Senin, 23 Februari 2015, sekitar pukul 16.30. Jakfar mengatakan sudah empat bulan belakangan ini di apartemennya kerap muncul keluhan. “Penghuni kerap kehilangan celana dalam perempuan yang sedang dijemur,” kata Jakfar.
Jakfar tinggal di lantai 1 apartemen yang bernama Famille 2 #102 di Tokyo. Persisnya, apartemen ini beralamat di Minamidai 3-4-17 Minami-ku, Sagamihara-shi, Kanagawa-ken, Tokyo. Di tempat itu, ada tiga perempuan asal Indonesia. Seorang di antaranya adalah Mya, istri Jakfar, yang menjadi dosen di jurusan politik Kokushikan University.
Petang itu, Jakfar kebetulan tidak sedang ke kampus. Sepulang belanja, ia menghidupkan televisi. Ketika itulah ia melihat ada bayangan di beranda belakang apartemennya. Jakfar langsung membuka gorden. Sial, ternyata ada seorang laki-laki yang hanya mengenakan celana dalam sedang mengendap-endap. Jakfar geram dan menggebrak jendela dengan keras. Rupanya, si maling kaget dan gentar. Dia langsung mengambil langkah seribu. “Dia hanya menggunakan CD, lari kencang,” kata Jakfar.
Tak ingin maling itu kabur, Jakfar menyambar telepon seluler dan mengejarnya. Yang Jakfar herankan, si maling sebenarnya berlari melintasi banyak orang. Tapi tak satu pun yang berusaha menghentikan laju larinya. Lari maling terhenti sebentar ketika dia hendak melintasi jalan raya yang ramai oleh kendaraan. Jakfar menendang bagian belakang tubuh maling. Bruuuk. Si maling jatuh. Jakfar sempat menangkap tubuh maling. Tapi maling terus berontak dan nekat melintasi jalan raya dengan ngawur. “Saya berhenti. Kalau saya kejar terus, saya bisa ketabrak mobil,” kata Jakfar.
Sembari menyaksikan arah lari si maling, Jakfar menelepon sambungan langsung polisi 110. Sekitar 15 menit kemudian, polisi bermobil patroli datang. Semula cuma ada dua orang. Ternyata, tak lama berselang, datang lagi empat polisi yang Jakfar tak tahu entah dari mana asalnya. Yang pasti, mereka adalah polisi yang sedang berpatroli. Kepada Jakfar, polisi menanyakan ihwal kejadian yang baru dialaminya. Polisi juga menanyakan ciri-ciri si maling Tak lama kemudian, datang lagi dua polisi, semacam dari bagian reserse.
Bersama mobil polisi, Jakfar diantar kembali ke apartemennya. Sesampainya di apartemen, Jakfar melihat ada empat lagi polisi tambahan. Itu pun belum cukup, karena masih ada dua lagi polisi dari bagian forensik. Polisi forensik ini memeriksa sejumlah bagian apartemen Jakfar. Mereka memeriksa jemuran, mencari sidik jari, dan jejak kaki. Bersamaan dengan itu, kata Jakfar, ada tim polisi lain yang mencari si pencuri di sekitar tempat ia menghilang. "Mereka kerja dengan baik dan santun sekali kepada saya," kata Jakfar.
Eh, hanya sejam kemudian, polisi berhasil menangkap maling itu. Polisi, kata Jakfar, menangkap maling tidak jauh dari lokasi terakhir dia menghilang. Jakfar mengetahuinya dari foto yang ditunjukkan polisi kepadanya. Dari polisi, Jakfar juga baru tahu bahwa ternyata si maling menderita kelainan jiwa. Si maling tinggal tak jauh dari tempat ia menghilang, sekitar satu kilometer dari tempat tinggal Jakfar. "Sungguh ending yang tidak menyenangkan" kata Jakfar. Jakfar mafhum. Di Jepang, banyak pencuri yang aneh-aneh, termasuk maling tadi, yang spesialis CD perempuan.
ANTON SEPTIAN | SUNUDYANTORO