TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Polda Metro Jaya, Martinus Sitompul meminta masyarakat tidak mempercayai broadcast pesan yang beredar lewat telepon seluler terkait dengan begal kendaraan bermotor. Pesan itu bermunculan ketika aksi pembegalan marak terjadi, seperti di Bekasi, Jakarta, Depok, Bogor dan Tangerang.
Menurut Martinus, pesan berantai itu meresahkan masyarakat dan memicu ketakutan. "Broadcast itu bohong," kata Martinus ketika dihubungi, Rabu, 25 Februari 2015. "Sebaiknya masyarakat juga tidak menyebarkan pesan itu."
Martinus menuturkan pesan itu disebarkan oleh orang iseng. Kepolisian, ucap dia, akan menyelidiki siapa yang membuat pesan meresahkan itu.
Setelah kasus pembegalan begal marak terjadi, banyak broadcast yang beredar, seperti pesan yang diterima Tempo. Isinya: para pembegal akan melintasi semua jalan di Tangerang Selatan untuk membalas dendam. Tak jelas balas dendam apa, tapi dalam pesan itu juga tertulis agar masyarakat tidak mengendarai sepeda motor di atas pukul 10 malam.
Sebelumnya, ada empat anggota komplotan begal yang menggunakan dua sepeda motor di Jalan Ceger Raya, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan. Kelompok itu mengincar sepeda motor yang dikendarai Wahyu Hidayat, 21 tahun, dan Sri Astriani, 19 tahun.
Operasi kelompok begal itu gagal karena dilawan Wahyu dan Sri. Seorang pelaku jatuh. Kedua korban pun berteriak minta tolong. Warga yang mendengar teriakan langsung menolong Wahyu dan Sri.
Pelaku yang terjatuh itu sempat bersembunyi di atap warung. Namun genteng warung jebol dan pelaku jatuh. Pelaku itu dihajar ramai-ramai oleh warga dan dibakar hidup-hidup.
HUSSEIN ABRI YUSUF