TEMPO.CO, Jakarta - Reza Habdallah, 20 tahun, sudah dua jam lesehan di sudut lahan parkir Stasiun Sawah Besar, Jakarta Pusat. Ruang terbuka seluas separuh lapangan futsal itu disulap menjadi titik pengungsian korban kebakaran Kelurahan Karanganyar pada Senin sore 23 Februari 2015. Di sudut yang ditempati Reza bersama dua kawannya itu terdapat genset untuk sumber listrik pengungsi.
Mahasiswa Universitas Bung Karno itu menjadikan lokasi genset sebagai tempat favoritnya. Sebab, genset merah tersebut adalah satu-satunya titik yang menyediakan aliran listrik untuk mengisi ulang daya ponsel. "Tak boleh mati ponsel ini karena banyak saudara dan teman yang menelepon saya," ujarnya kepada Tempo, Rabu, 25 Februari 2015.
Ilham Kurniawan, 20 tahun, tak jauh berbeda dengan Reza. Dia rela menghabiskan tiga jam untuk duduk dan mengobrol di sudut pengisian daya itu. Kegiatan itu disebutnya sebagai pembunuh waktu dan kebosanan selama mengungsi akibat rumahnya terbakar. "Harus ditunggu waktu mengisi baterai. Kalau ditinggal bisa-bisa ponselku hilang," kata mahasiswa jurusan Ilmu Komputer di Universitas Bung Karno ini.
Sebelumnya, sebanyak 245 rumah di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Sawah Besar, dilalap api pada Senin sore, 23 Februari 2015. Peristiwa itu menyebabkan 1.380 warga mengungsi.
Sementara itu, Edi Boy, 33 tahun, relawan dari lembaga sosial swasta, menjelaskan tujuannya menyediakan genset berkapasitas 5500 watt itu untuk memfasilitasi pengungsi mendapatkan sumber listrik. Dia sudah memprediksi bila pengungsi bakal kesulitan mencari aliran listrik untuk mengisi daya ponsel. Padahal, mereka butuh komunikasi intensif dengan kerabat. "Jangan sampai mereka putus hubungan dengan keluarga saat musibah cuma gara-gara baterai ponsel habis," kata Edi.
Edi mengatakan butuh setidaknya delapan liter bensin untuk menghidupkan genset sejak pagi hingga malam hari. Biasanya genset akan berhenti beroperasi pada malam hari. Genset itu juga menjadi sumber listrik untuk mesin dispenser yang menyediakan air panas bagi pengungsi.
RAYMUNDUS RIKANG