TEMPO.CO, Ngawi-Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa melonjaknya harga beras dalam beberapa hari terakhir ini akibat ketidakberesan distribusi. Sebab, harga antara gabah kering panen dengan beras terpaut lebih dari 50 persen.
"Semestinya hanya selisih 30 persen. Artinya saat ini ada yang salah dalam distribusi," kata Amran di sela-sela panen raya padi di Desa/Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Rabu, 26 Februari 2015.
Harga beras di pasaran Jakarta saat ini, ia mencontohkan, mencapai Rp 12 ribu per kilogram. Harga itu dinilai terlalu tinggi dari harga yang seharusnya, yakni antara Rp 6.500 hingga Rp 7.000. Sebab, harga gabah kering panen Rp 4.500 sampai Rp 4.700 per kilogram.
Menurut Amran di saat harga beras Rp 12 ribu per kilogram maka seharusnya harga gabah Rp 9.000 per kilogram. Bila sudah pada angka itu, kondisi pangan nasional sudah darurat lantaran keterbasatan pasokan. "Distribusinya harus diperbaiki," ujarnya.
Meski demikian ketersediaan beras secara nasional, kata dia, masih cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga beberapa bulan ke depan. Saat ini, pasokan di Badan Urusan Logistik sekitar sembilan juta ton yang merupakan hasil panen Januari hingga Februari. Jumlah itu akan bertambah karena musim panen masih berlangsung pada Maret dan April mendatang. "Jadi, beras aman," ucapnya.
Untuk meredam gejolak harga beras, Amran menuturkan, berdasarkan hasil rapat kerja kabinet bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla beberapa hari lalu, operasi pasar dengan menyediakan 300 ribu ton beras tetap digelar. Kegiatan itu mulai dijalankan oleh Bulog Selasa kemarin di beberapa daerah. Adapun hasilnya, harga komoditas kebutuhan pokok mulai turun.
Dalam kunjungannya ke Ngawi, Amran menyempatkan diri ikut memanen padi bersama Bupati Ngawi Budi Sulistyono. Setelah itu, Amran berdialog dengan petani di halaman Balai Desa Geneng, Kecamatan Geneng. Amran memotivasi para petani agar meningkatkan hasil panen.
NOFIKA DIAN NUGROHO