TEMPO.CO , Jakarta: Menjelang eksekusi mati terpidana narkotik gelombang kedua, yang terdapat dua anggota sindikat pengedar narkoba Bali Nine, Tentara Nasional Indonesia sibuk menggelar berbagai persiapan. Di antaranya pengerahan seluruh personil dan alat utama sistem persenjataan TNI.
Juru bicara TNI Mayor Jenderal Mochamad Fuad Basya mengatakan persiapan itu dilakukan lantaran institusinya mendapat informasi akan ada pihak yang berupaya menjegal pelaksanaan eksekusi mati gelombang kedua. "Ini demi kedaulatan negara, kami berusaha mengawal agar eksekusi berjalan lancar," kata Fuad kepada Tempo, Kamis, 26 Februari 2015
Sejumlah persiapan itu antara lain, TNI Angkatan Udara menurunkan seluruh pesawat tempur Sukhoi SU-30 dan F-16 yang ditempatkan di Bali dan Magelang. TNI Angkatan Laut menyiapkan Kapal Serayu yang kini bersandar di Dermaga Sleko, Cilacap, Jawa Tengah menjelang eksekusi mati di Pulau Nusakambangan.
Kapal Serayu akan melakukan patroli di sekitar perairan Nusakambangan. Nusakambangan pulau terluar yang paling dekat dengan Australia, negara asal terpidana mati Bali Nine. Selain Kapal Serayu, TNI AL juga menurunkan Kapal Angkatan Laut Majeti yang berawak empat anggota.
Menjelang eksekusi, kedua kapal tersebut akan melakukan patroli penuh untuk mengamankan jalannnya eksekusi. TNI Angkatan Darat juga menurunkan seluruh personil khusus di wilayah Jawa Tengah dan Bali untuk mengamankan eksekusi mati berjalan aman.
Khusus untuk dua terpidana Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, Fuad mengatakan belum mendapat instruksi pengawalan ketat. Tapi, tidak menutup kemungkinan keduanya itu mulai dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-A Denpasar di Kerobokan, Badung, Bali sampai ke tempat eksekusi di Nusakambangan dikawal dengan kendaraan tempur.
"Tapi bukan berarti kami mengerahkan semua pasukan dan alat tempur hanya untuk dua orang itu, tapi ini demi kedaulatan negara kita," ujar Fuad. "Karena banyak sekali desakan dari dunia internasional mengenai eksekusi mati, maka itu saatnya kita tunjukan kedaulatan Indonesia dengan cara mengamankan eksekusi mati secara militer."
REZA ADITYA