TEMPO.CO, Bandung - Direktur PT Pindad Silmy Karim menjelaskan larinya Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 700 miliar yang diberikan pemerintah pusat kepada perusahaannya. Menurut dia, PT Pindad membagi suntikan dana itu kepada tiga prioritas Pindad tahun ini.
Pertama, kata Silmy, perusahaannya mengalokasikan Rp 300 miliar dari total PMN untuk meningkatkan jumlah produksi. Dia mengatakan sering kali permintaan pada Pindad tak sebanding dengan produksi yang mampu mereka penuhi.
"Ada peningkatan 200 juta butir peluru kaliber kecil per tahun," kata Silmy, saat ditemui awak media di PT Pindad, Jalan Kiara Condong, Bandung, Jumat, 27 Februari 2015.
Dia melanjutkan, perusahaannya menggunakan Rp 300 miliar lainnya untuk memodernisasi perusahaan. Saat ini Pindad mulai merambah pasar amunisi kaliber besar. Namun kendalanya, negara asing tak ada yang tertarik dengan produk itu. Alasannya, Pindad belum cukup memiliki kepercayaan di bidang amunisi kaliber besar.
Sisanya Rp 100 miliar, dialokasikan untuk kerja sama dengan mitra strategis luar negeri. Mitra strategis ini merupakan negara-negara yang sudah memesan sejumlah produksi Pindad. Meski demikian, ia tak mau menyebutkan nama negaranya. "Karena itu rahasia," ujar Silmy.
Pada Januari 2015, pemerintah menyuntikan dana ke Pindad sebesar Rp 700 miliar. Menurut Presiden Joko Widodo sebelumnya, produk-produk yang dihasilkan Pindad tidak kalah berkualitas dengan produk dari luar, sehingga harus terus didukung.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago mengatakan PT Pindad sudah memperoleh PMN terbesar pada alokasi dana pemerintah. "Karena Pindad bergerak pada industri strategis," ujarnya.
PERSIANA GALIH