TEMPO.CO, Jakarta - Tim asal Belanda, Feyenoord, tersingkir dari Liga Europa setelah dikalahkan wakil Italia, AS Roma, 2-1, pada Jumat dinihari, 27 Februari 2015. Roma lolos ke babak 16 besar dengan agregat gol 3-2. Selain kritik pedas dari publik Belanda, Feyenoord bakal menghadapi masalah lain terkait insiden bernuansa rasis saat pertandingan berlangsung.
Pertandingan itu sendiri berlangsung keras. Wasit terpaksa mengeluarkan dua kartu merah untuk pemain Feyenoord. Roma akhirnya menang lewat dua gol yang dicetak oleh Adam Llajic dan Gervinho, sementara satu gol Feyenoord dicetak oleh Elvis Manu.
Mengantisipasi kericuhan antar suporter, Kepolisian Rotterdam sempat menangkap 22 orang, 17 di antaranya adalah warga Belanda. Namun, langkah itu tak mampu membendung panasnya situasi di dalam Stadion De Kuip.
Pertandingan dihentikan sementara di babak pertama setelah balon besar berbentuk pisang dilemparkan ke lapangan mengarah ke Gervinho. Di babak kedua, wasit kembali menghentikan pertandingan karena beberapa obyek kembali dilemparkan dari tribun penonton.
Wasit asal Prancis, Clement Turpin, sempat berbicara kepada dua manajer tim setelah insiden pelemparan balon pisang ke Gervinho. Balon itu dilempar dari arah tribun yang dipenuhi suporter Feyenoord.
Pelatih Feyenoord, Fred Rutten, menyangkal ada aksi rasis saat pertandingan berlangsung. "Ada yang mencoba memanas-manasi suasana. Aku tak melihatnya sebagai aksi rasis," kata Rutten. "Kami punya pemain dengan kebangsaan yang berbeda, jadi tidak masuk akal ada rasisme."
Pelatih Roma, Rudi Garcia, menilai keputusan wasit untuk menghentikan sementara pertandingan sudah tepat. "Menghentikan pertandingan adalah keputusan yang benar. Coba lihat, kita bisa membuka toko dengan banyaknya obyek yang dilemparkan dari tribun," kata Garcia kepada kanal Italia Mediaset.
Gagalnya Feyenoord di Liga Europa tampaknya bukan satu-satunya hasil yang mereka dapat dari pertandingan malam itu. Kasus rasisme adalah pelanggaran berat di dunia sepak bola. Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) dipastikan akan melakukan investigasi terkait insiden itu.
Sebelumnya, suporter Feyenoord juga sempat berulah jelang pertandingan pertama di Roma, 19 Februari lalu. Saat itu sekitar 7.000 suporter Feyenoord berangkat menuju Roma. Namun, beberapa di antara mereka malah bikin keributan.
Sejumlah suporter Feyenoord saat itu berkumpul di depan Undakan Spanyol di dekat gereja Trinita dei Monti. Di sana mereka minum-minum, menyalakan kembang api, menyampah di monumen air mancur berusia 500 tahun, dan berteriak-teriak. Para suporter sempat terlibat bentrok dengan polisi Italia. Kepolisian Italia akhirnya menangkap 22 suporter Feyenoord.
THE GUARDIAN | BBC | GABRIEL WAHYU TITIYOGA