TEMPO.CO,Bogor-Rencana Pemerintah Kota Bogor memajukan jam masuk sekolah ditolak oleh sejumlah orang tua siswa. Mereka beralasan, kebijakan itu bukan solusi mengurangi kemacetan arus lalu lintas, terutama di sekitar Istana Bogor, setelah Presiden Joko Widodo memutuskan lebih sering beraktivitas di sana.
“Kebijakan ini bikin repot orang tua dan siswa karena harus lebih pagi lagi mempersiapkan diri berangkat ke sekolah,” kata Yopie Melianton Doroh, 43 tahun, orang tua siswa asal Perumahan Bantarjati II, Kota Bogor. Nantinya, siswa akan masuk 30 menit lebih awal, dari semula pukul 07.00 menjadi 06.30. “Dengan jadwal sekarang saja, anak saya tidak sempat sarapan karena takut terlambat.”
Pernyataan senada disampaikan oleh Swedia Henaldi, 39 tahun, warga Perumahan Katulampa, Kota Bogor. Pegawai swasta ini turut terkena imbas jika anaknya masuk sekolah lebih awal. “Saya berangkat kerja lebih pagi karena harus mengantar anak sekolah,” ujarnya. Swedia justru khawatir siswa tak konsentrasi belajar karena masih mengantuk lantaran bangun lebih awal.
Rencana memajukan jam masuk sekolah tersebut bermula dari pernyataan Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor, Etgar Suratman. Tujuannya, menurut dia, agar para siswa tidak terjebak macet pada jam masuk dan jam pulang sekolah, terutama di beberapa sekolah yang terletak di sekitar Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor. Apalagi, dia melanjutkan, mulai 16 Februari lalu, Presiden Jokowi lebih sering beraktivitas di Istana Bogor. “Kami berharap dengan dimajukannya jam sekolah ini, siswa terhindar dari kemacetan di pusat kota, terutama di sekitar Istana Bogor,” kata Etgar.
Sementara itu, Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Bogor Kota, Ajun Komisaris Irwandi, mengatakan arus lalu lintas di Kota Bogor tidak macet, melainkan padat. “Yang bilang Bogor macet itu hanya warga,” katanya.
M. SIDIK PERMANA | EVAN (PDAT)