TEMPO.CO , Jakarta:Halaman sebuah rumah di Jalan Bugis Nomor 110 RT 005 RW 01, Kebon Bawang, Jakarta Utara, penuh sesak. Pelbagai perabotan elektronik, seperti kulkas dan pendingin ruangan menjejali area seluas 4x7 meter persegi itu. Barang itu berseliweran dengan perlengkapan bengkel.
Di ujung halaman, tertancap sebuah besi penyangga plang berwarna putih ukuran setengah meter persegi. Plang itu penanda kantor CV Bintang Mulia Wisesa, salah satu pemenang pengadaan uninteruptable power supply atau alat pencadangan listrik, mata anggaran 2014. "Ini kantor sekaligus bengkel," kata Zainuri, pemilik perusahaan.
Zainuri mengungkapkan, perusahaan tersebut baru terbentuk pertengahan tahun lalu. Pria berusia 60 tahun itu membeli firma yang bergerak di bidang reparasi dan perbaikan alat pendingin itu dari tetangganya. Selain perbaikan, Zainuri juga merambah usaha kontraktor dan supplier, termasuk barang elektronik.
Kendali perusahaan dipegang oleh anak perempuannya, Indah Lestari menjabat sebagai direktur. Tak lama setelah terbentuk, firma dia memengkan proyek pengadaan UPS senilai Rp 5,8 miliar dari pemerintah DKI. "Sempat dikasih tahu anak saya kami menang tender," ucap dia, Jumat, 27 Februari 2015.
Mendengar kabar tersebut, ia girang. Ia mengaku proyek tersebut diperoleh berkat jaringan anaknya. "Dia banyak teman." Namun, kegembiraan dia tak lama. Anaknya kembali mengabari bahwa perusahaannya tak jadi menggarap proyek. "Enggak cukup waktu terlalu mepet. Enggak sanggup," Zainuri menyebutkan alasannya. Sayangnya Indah tak bisa ditemui dikarenakan sedang sakit. "Dia lagi demam enggak bisa ngomong."
CV Bintang Mulia Wisesa bertanggung jawab terhadap pengadaan UPS di Sekolah Menengah Atas Negeri 27, Jakarta Pusat. Sri Rejoko, Kepala Sekolah mengatakan, UPS dia terima sejak Desember 2014 dari CV Bintang Mulia Wisesa. Pengakuan Sri berbeda dengan keterangan Zainuri yang menyebutkan perusahaanya batal mengadakan UPS. "Indah sendiri yang datang minta tanda terimanya Januari lalu," ucap Sri.
Sri mengaku sekolah mengusulkan pembelian UPS tersebut ke Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Pusat. Menurut dia, UPS diperlukan karena sekolah kekurangan daya listrik. "Listrik di sini sering mati," ucap dia. Meski mengajukan, ia tak menulis nominal harga dari UPS tersebut. Urusan harga, ujar dia, diserahkan kepada Suku Dinas.
Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jakarta Pusat, Ali Mukodas mengatakan, UPS bukan digunakan untuk menambah daya listrik tapi menyimpan daya. Jika listrik padam, alat tersebut masih bisa menghidupkan barang eletronik sampai belasan menit, tergantung kapasitas UPS dan banyaknya barang elektronik yang terpakai. Ia mengatakan keberadaan UPS sangat bermanfaat bagi sekolah. "Kalau pakai UPS barang eletronik jadi tidak cepat rusak," katanya.
ERWAN HERMAWAN