TEMPO.CO, Jakarta - Aktor dan sutradara teater Landung Simatupang kembali mementaskan pembacaan drama- banjaran Pangeran Diponegoro. Pentas pembacaan dramatik di Goethe Haus, Jumat malam, 27 Februari 2015 ini mengisahkan perjalanan hidup Diponegoro sejak lahir hingga meninggal. Yang unik dalam pentas tersebut, Ratu Pantai Selatan, Nyi Roro Kidul juga ikut dihadirkan oleh sang sutradara, Landung Simatupang.
“ Memang ada di buku. Sengaja juga ditampilkan yang mistis juga. Semua dieksekusi mas Landung,” ujar Ina Prihaksiwi, Pelaksana Produksi pementasan kepada Tempo, Sabtu, 28 Februari 2015.
Nyi Roro Kidul sengaja ditampilkan dalam satu bagian pentas semalam. Bagian ini menceritakan pertemuan Nyi Roro Kidul dan Pangeran Diponegoro. Dalam pentas, Diponegoro yang sedang menyepi bertirakat digambarkan bertemu dengan Sang Ratu yang berbusana serba hijau. Landung bertindak sebagai narator bersama Kironi Sodewo dan Annisa Hertami.
Dalam buku buku Kuasa Ramalan (2007)—biografi Diponegoro karya sejarawan Inggris, Peter Carey—dan Babad Diponegoro (1831-1832) disebutkan Sang Pangeran bertemu Nyi Roro Kidul. Diponegoro bertemu dalam ziarahnya di beberapa tempat di Pantai Selatan.
Diponegoro memang dikenal melakukan ziarah di beberapa tempat sejak 1805. Selain mengunjungi makam para wali, dia juga mengunjungi makam leluhurnya, Sultan Agung dan napak tilas tempat leluhurnya di gua-gua di Pantai Selatan. Selama ziarah,napak tilas dan menyepi, Pangeran Diponegoro selalu membawa serta tongkatnya, Kyai Cokro. Tongkat sepanjang 153 sentimeter .
Tongkat ini yang berasal dari Kerajaan Demak pada abad 16 ini diberikan 1815. Terbuat dari besi sepanjang 153 sentimeter dengan cakram pelindung berbentuk bulat, cakra,yang dalam mitologi Jawa cakra adalah senjata dewa Wisnu.
Pentas yang digelar ini ditonton oleh banyak anak muda. "Pentas dan ceritanya oke, runut dari Pangeran Diponegoro lahir hingga meninggal . Terkejut juga pas muncul Nyi Roro Kidul dan Pangeran Diponegoro," ujar Vennie, salah satu penonton.
DIAN YULIASTUTI