TEMPO.CO, LONDON - Pria yang disebut banyak media sebagai “Jihadi John” itu ternyata warga London bernama Mohammed Emwazi, 26 tahun. Ia berpenampilan dengan pakaian serba hitam dan hanya menampakkan kedua mata, beraksen Inggris, saat menggorok beberapa tawanan Barat, yang muncul dalam video,
The Washington Post dan BBC pertama kali melaporkan nama itu pada Kamis pagi lalu. WP mengutip seorang kawan dekat yang mengatakan dia “tak diragukan” adalah Emwazi. Seorang bekas pejabat senior intelijen Amerika Serikat yang terlibat dalam perburuan pria itu memastikan nama Emwazi kepada ABC News, kemarin.
WP menggambarkan bahwa Emwazi berasal dari kalangan kelas menengah di London. Dia alumnus Universitas Westminster bertitel sarjana pemrograman komputer. Kampus itu lalu merilis pernyataan pengakuan bahwa seseorang yang memiliki nama tersebut menamatkan studinya pada enam tahun lalu.
Pemerintah Inggris masih menolak mengkonfirmasi Emwazi adalah Jihadi John karena tengah meneruskan operasi. Tapi nama Emwazi muncul dalam dokumen-dokumen pengadilan pada 2011, yang didapatkan BBC, sebagai seorang anggota sebuah jaringan ekstremis yang bertugas mengumpulkan dana, peralatan, dan melakukan perekrutan “dari Kerajaan Inggris hingga Somalia guna menampung aktivitas yang berkaitan dengan terorisme”.
Seperti dilaporkan The New York Times, Emwazi adalah bagian dari sekelompok anak muda dari barat dan utara London yang kerap dikenal sebagai “Anak-anak London Utara”, berkaitan dengan kelompok teroris yang berbasis di Somalia, Al-Shabaab. Emwazi mengoperasikan organisasi itu secara individual dan kembali ke London pada Februari 2007.
Sementara itu, menurut The Guardian, istri seorang pekerja sosial Inggris, yang telah dipenggal oleh kelompok milisi ISIS, mendesak Emwazi ditangkap hidup-hidup dan diadili. Berbicara setelah nama pria itu terkuak, Dragana Haines, di London, mengatakan hal terakhir yang ingin dia berikan kepada pria itu adalah, dia pantas mendapat “kematian” yang terhormat. Suaminya, David Haines, 44 tahun, adalah warga Inggris pertama yang dibunuh oleh ISIS dan direkam dalam sebuah video propaganda yang dirilis di Internet pada September tahun lalu.
THE NEW YORK TIMES | ABC NEWS | THE GUARDIAN