TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti senior dari Asia Institute, Dave McRae, menjelaskan pernyataan Perdana Menteri Australia Tony Abbott yang kontroversial tentang hukuman mati tidak mewakili suara rakyat Australia.
"Saya sendiri tidak nyaman dengan pernyataan tersebut, itu tidak mewakili sikap saya," kata dosen politik University Melbourne ini di Kontras, Minggu, 1 Maret 2015.
Menurut McRae, pernyataan Abbott soal utang budi Indonesia pada Australia untuk bantuan bencana tsunami juga banyak dikecam rakyat Australia. Baik masyarakat biasa hingga anggota kabinet Australia, ujar McRae, dengan jelas mengatakan bahwa pernyataan itu tidak mewakili mereka.
Abbott sebelumnya mengeluarkan pernyataan yang memicu reaksi sakit hati rakyat Indonesia. Dia mengungkit dana bantuan bencana tsunami 2004 untuk menggagalkan rencana eksekusi hukuman mati terhadap dua warga negaranya, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan. Gerakan mengumpulkan koin untuk Tony Abbott pun digelar di berbagai kota di Indonesia.
McRae mengatakan ada dugaan yang berkembang di Australia bahwa komentar Abbott dilatarbelakangi kepentingan politik untuk menaikkan popularitasnya. Dia berharap pernyataan Abbott itu tidak menghancurkan upaya advokasi lainnya yang dilakukan Australia untuk menyelamatkan Sukamaran dan Chan.
"Kami menghormati kedaulatan Indonesia dan tidak berniat mendikte," ujar McRae. "Tapi semoga upaya advokasi pemerintah Australia dapat dipertimbangkan."
Sukamaran dan Chan adalah dua terpidana mati yang tergabung dalam komplotan Bali Nine. Permohonan grasi kedua terpidana itu telah ditolak Presiden Joko Widodo. Mereka rencananya akan dieksekusi dalam waktu dekat di LP Nusakambangan.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA