TEMPO.CO, Aarhus – Sebuah tim ilmuwan yang dipimpin ahli geologi asal Denmark, Nicolaj Krog Larsen, berhasil menghitung seberapa besar hamparan gletser di Greenland bereaksi pada periode pemanasan 5.000-8.000 tahun lalu. Suhu kondisi bumi saat itu empat derajat lebih hangat dibandingkan sekarang.
Dalam studi ini, para peneliti fokus pada seberapa cepat gletser di Greenland mencair. Para peneliti menghabiskan enam kali musim panas bermukim di danau es Greenland untuk mencari jawaban tersebut.
“Danau es dipilih karena dianggap dapat mewakili proses melelehnya es dari waktu ke waktu,” kata Larsen, profesor geologi di Aarhus University, Denmark, seperti dikutip dari Sciencedaily, Senin, 2 Maret 2015. Studi ini dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Geology.
Dari hasil pengamatan di lapangan tersebut, studi ini mengungkap pencairan gletser di Greenland menyebabkan hilangnya berat massa es sebesar 100 gigaton per tahun. Pencairan ini terus terjadi selama 3.000 tahun.
Imbas dari proses tersebut, kata Larsen, adalah permukaan air laut di bumi naik setinggi 16 sentimeter. Jumlah kenaikan permukaan air laut tersebut terbilang cukup besar. Sebab, itu hampir setara dengan pencairan es di Kutub Utara yang mencapai 400 gigaton per tahun selama 25 tahun terakhir.
Larsen memprediksi kondisi laut akan semakin parah pada 2100. “Greenland dan Kutub Utara akan bersuhu tujuh derajat lebih panas dari sekarang,” ujarnya.
Apakah permukaan air laut akan semakin tinggi pada tahun itu? Dia menjawab, “Iya. Itu pasti.” Namun Larsen masih belum bisa menghitung angka pastinya.
“Gletser selalu meninggalkan bukti tentang kehadiran mereka di lanskap bumi,” ujarnya. Karena itu, Larsen menganggap penting pengukuran yang dilakukannya untuk mengetahui masa depan lanskap bumi.
SCIENCEDAILY | AMRI MAHBUB