TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 20 wanita cantik menggelar aksi dukungan terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Mereka menolak penggunaan hak angket oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta.
Menggunakan baju putih bertuliskan DPC Bima, belasan wanita cantik berbaris menenteng spanduk bertulisan “Barisan Insan Muda (BIMA) Mendukung Ahok Sampai Tahun 2017”. "Kami siapkan wanita cantik ini untuk mereka sebagai aksi protes, agar mereka transparan dalam penggunaan anggaran," ujar koordinator aksi BIMA, Syarief Hidayatullah, dalam orasinya, Senin, 2 Maret 2015.
Syarief mengatakan aksi tersebut dilakukan sebagai dukungan dan protes terhadap sikap anggota DPRD DKI Jakarta yang sengaja ingin menjegal kepemimpinan Ahok hingga 2017.
Mereka sengaja melakukan korupsi dengan mengutak-atik APBD Perubahan, salah satunya dengan menyertakan dana uninterruptible power supply (UPS) yang tersebar di sejumlah sekolah DKI Jakarta. "Hak angket itu hanya menutupi kebohongan mereka para anggota DPRD," ujarnya.
Dengan keberanian Ahok, ujar dia, lembaganya siap mendukung upaya Gubernur DKI Jakarta tersebut mengungkap kebohongan penggunaan anggaran, termasuk melaporkannya ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), polisi, hingga Kejaksaan Agung. "Apa yang dilakukan Ahok sudah tepat. Kami tegaskan, tolak hak angket," ujarnya.
Aksi demo pro-Ahok berlangsung hingga pukul 15.00 WIB. Mereka akhirnya membubarkan diri dengan tertib, sementara ratusan petugas kepolisian masih berjaga di sekitar Balai Kota DKI Jakarta.
Seperti diketahui, dalam pengesahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Perubahan DKI Jakarta 2015, Ahok mengendus adanya dana siluman hingga Rp 12,1 triliun. Dana itu tersebar dalam berbagai proyek, salah satunya program tenaga listrik cadangan (UPS) untuk komputer hingga Rp 4,8 miliar.
JAYADI SUPRIADIN