TEMPO.CO, Surabaya - Seorang mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dari jurusan Teknik Mesin, Yabes David Losong, mengatakan mahasiswa teknik tak perlu alergi terhadap ilmu bidang sosial, politik, maupun hubungan internasional.
Menurut Yabes, pemikiran-pemikiran mahasiswa teknik dapat diaplikasikan dalam dunia politik. "Sebab engineering atau teknik tanpa politik itu kuli," kata Yebes dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Senin, 2 Maret 2015.
Yebes menyatakan itu lantaran dia telah membuktikan kaitan erat antara ilmu teknik dengan politik, sosial, dan hubungan internasional. Yebes dan rekannya dari jurusan Teknik Informatika, R. Aditya Brahmana, berhasil mempresentasikan temuan mereka membuat vermikompos yang berbahan dasar cacing tanah dan limbah kotoran sapi.
"Vermikompos kemudian dijadikan sebagai pupuk untuk meningkatkan produktivitas jagung saat kemarau," tutur Yabes.
Vermikompos ini merupakan bagian dari proyek sosial pemberdayaan petani dan peternak di Desa Mojosari, Kabupaten Mojokerto. Berkat vermikompos itu pula, Yebes dan Aditya meraih gelar juara Social Venture Challange (SVC) dalam kompetisi Harvard National Model United Nations (HNMUN) 2015.
Yebes dan Aditya yang merupakan angkatan 2011 itu mengungkapkan bahwa kompetisi bertaraf internasional itu tak hanya mengangkat permasalahan di bidang sosial dan hubungan internasional.
"Tetapi juga ada permasalahan alam dan eksakta yang membutuhkan campur tangan orang-orang teknik," kata Aditya.
Mereka mampu meyakinkan para juri bahwa sesuatu yang jorok bagi khalayak umum, ternyata punya nilai ekonomi tinggi. "Mereka terbuka pikirannya dengan hal yang menjijikkan, tapi bisa menghasilkan uang," ucap Yabes.
ARTIKA RACHMI FARMITA