TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 13 persen pada 2014. Penyaluran kredit ini tumbuh di atas rata-rata industri yang sebesar 12 persen. Namun, laba bersih setelah pajak BTPN justru turun 13 persen pada periode yang sama.
"Kenaikan suku bunga acuan sejak semester II 2013 mengerek bunga deposito. Ini tentu berpengaruh terhadap biaya dana kami," kata Direktur Utama BTPN Jerry Ng dalam keterangan tertulis di situs Bursa Efek Indonesia, Selasa, 3 Maret 2015.
Penyaluran kredit BTPN dicatat naik dari Rp 46,1 triliun pada 31 Desember 2013 menjadi Rp 52 triliun pada 31 Desember 2014. Akibat penyaluran kredit ini, pendapatan bunga BTPN secara konsolidasi meningkat 12,3 persen dari Rp 10,93 triliun pada 2013 menjadi Rp 12,29 triliun pada 2014.
Di sisi lain, beban bunga perusahaan meningkat lebih tajam, naik 34,87 persen dari Rp 3,89 triliun pada 2013 menjadi Rp 5,25 triliun. Akibatnya, pendapatan bunga bersih merosot dari Rp 7,048 triliun menjadi Rp 7,04 triliun. Laba bersih setelah pajak pada 2014 dicatat Rp 1,85 triliun, turun dari tahun sebelumnya sebesar Rp 2,13 triliun.
Per 31 Desember 2014, Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 53,3 triliun; tumbuh 2 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 52,2 triliun. Pada 2014, BTPN mencatat tingkat rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) sebesar 97 persen.
Namun Jerry mengatakan likuiditas perusahaan masih sangat sehat. Soalnya, apabila memperhitungkan pendanaan dari obligasi dan pinjaman bilateral, rasio likuiditas BTPN berada di level 84 persen. "Jika memasukkan komponen ekuitas, rasio likuiditas kami sebesar 71 persen. Rasio ini menunjukkan likuiditas kami masih sangat kuat dan sehat," katanya.
BERNADETTE CHRISTINA MUNTHE