TEMPO.CO, Tangerang - Kepala Kepolisian Resor Kota Tangerang Komisaris Besar Irfing Jaya mengatakan aksi perampasan kendaraan bermotor dengan kekerasan alias pembegalan yang berujung pada pembakaran salah satu pelaku di Pondok Aren, Tangerang Selatan, dilatarbelakangi faktor ekonomi dan sosial. "Motifnya itu," kata Irfing di Tigaraksa, Rabu, 4 Maret 2015.
Menurut Irfing, tersangka begal di Pondok Aren itu adalah Hendriansyah, Unyil, Puguh, Beller, Noval, dan Celeng, Mereka punya latar belakang ekonomi, sosial, dan pendidikan yang hampir sama.
Mereka pengangguran, tamatan sekolah dasar, serta suka nongkrong dan mabuk. "Dari suka nongkrong, mabuk, lalu merencanakan kejahatan," ujar Irfing.
Menurut Irfing, tindakan kejahatan itu dilakukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup mereka. "Tanpa pikir panjang, eksekusi pembegalan mereka lakukan," tuturnya.
Agung alias Unyil dan Puguh, dua tersangka yang diringkus pada Senin malam, 2 Maret 2015, mengaku teman satu tongkrongan yang kerap berkumpul meski tidak ada pekerjaan.
Jika mereka sedang nongkrong bersama, mabuk minuman keras menjadi salah satu menu utamanya. "Tapi saya jarang mabuk. Kalau teman-teman lain, suka mabuk," ucap Agung.
Agung, 17 tahun, yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar ini mengaku bekerja serabutan mengangkat galon air. Nasib Puguh hampir sama seperti Agung. "Tak ada pekerjaan tetap," kata pria beranak satu ini.
Meski hobi mabuk dan nongkrong, keduanya membantah terlibat dalam geng sepeda motor. "Kami cuma anak muda yang sering ngumpul di Pondok Aren," ujar Puguh.
Menurut Puguh, selisih usia mereka juga tidak berjauhan. "Di antara kami, Hendriansyah yang paling senior," tuturnya.
JONIANSYAH