TEMPO.CO, Liverpool - Brendan Rodgers meyakini akan kehilangan pekerjaan sebagai Manajer Liverpool jika tidak melakukan perubahan kerjanya secara radikal musim ini. Setelah melakukan perombakan secara drastis, pelatih muda berusia 42 dari Irlandia Utara ini membawa Liverpool bangkit secara mengesankan dalam Liga Primer Inggris. Dan, bila menang di Anfield dinihari nanti, Kamis, 5 Maret 2015 saat laga melawan Burnley, maka ia akan membawa timnya meraih nilai 29 dari 33 poin terakhir yang tersedia.
Di lima liga terkemuka di Eropa, hanya Wolfsburg dari Jerman yang memiliki rasio poin per pertandingan yang lebih baik dari Liverpool tahun ini.
Liverpool bisa membuka peluang untuk lolos ke Liga Champions Eropa untuk kedua kali beruntun setelah meraih titik balik dari kekalahannya 1-3 di Crystal Palace pada 23 November lalu. Hasil mengecewakan akhir tahun lalu itu membuat Liverpool terpuruk di peringkat ke-12 dari 20 klub peserta Liga Primer di klasemen dengan nilai 14.
Saat itu Rodgers merasa takut kehilangan pekerjaannya dan mulai merancang strategi yang bisa memulihkan kekuatan Liverpool secara drastis. “Setelah pertandingan di Palace, saya merasa bahwa tak peduli betapa besarnya dukungan yang Anda miliki. Tapi kenyataannya, tim tidak berfungsi dengan baik di lapangan dan tak bisa melaju,” kata Rodgers. “Tapi saya belum benar-benar terjatuh dan mati. Saya selalu berjuang untuk hidupku. Saya senang di sini dan ingin sukses di sini,” ujar Rodgers.
Pelatih muda dari Irlandia Utara ini memahami situasi yang terjadi dengan cepat. “Pengalamanku di Reading berbicara soal itu. Dan, itulah yang saya pelajari dari pemecatanku di sana,” katanya. “Saya memasuki Reading dengan dukungan penuh dari ketua, yang begitu baik kepadaku dan saya mendapat kesempatan di 20 pertandingan,” ia melanjutkan.
Meski dikontrak untuk proyek membangun kekuatan Reading tiga tahun dan klub itu sangat mempercayainya serta ia paling tahu tentang sejarah klub itu dibandingkan yang lain, Rodgers akhirnya dipecat setelah 20 pertandingan!
“Apa yang saya pelajari dari hal itu adalah tidak peduli sejauh mana dukungan yang Anda peroleh dari direksi dan eksekutif, Anda harus meraih hasil dan mesti menang,” kata Rodgers.
Pelatih asal Irlandia merasa harus segera membuat revolusi yang bisa mengembalikan Liverpool seperti semula di bawah kepemimpinannya. Keadaan sebelum dipermalukan di Palace dan sebelum dipecundangi oleh Basel dari Swiss di Anfield yang membuat mereka tersingkir dari Liga Champions pada babak penyisihan grup. “Itu mungkin tantangan terbesar yang kuhadapi sebagai pelatih atau manajer di klub ini,” kata Rodgers yang menangani Liverpool sejak 2012.
“Saya sadar harus melakukan sesuatu yang radikal karena sudah cukup melihat para pemain yang tak mau meningkat setelah bersama-sama beberapa tahun,” kata Rodgers.
Rodgers lantas merotasi personelnya setelah kekalahan di Palace untuk membuat Liverpool menjadi lebih sulit untuk dikalahkan. Ia kemudian memperkenalkan formasi baru kepada pemainnya di lapangan, yaitu 3-4-2-1.
Meski menyerah 0-3 dari Manchester United di Old Trafford, dengan formasi baru tersebut, Liverpool baru satu kali kalah dalam 12 pertandingan liga. Selain itu, Liverpool sudah delapan kali menang dan tiga kali seri.
GUARDIAN | SKYSPORTS | HARI PRASETYO