TEMPO.CO, Jakarta - Kurs dolar dalam transaksi antarbank di Jakarta menembus level psikologis Rp 13.000 pada Kamis pagi, 5 Maret 2015. Dalam data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, tercatat kurs dolar AS mencapai Rp 13.022 atau turun 0,45 persen dibanding sehari sebelumnya yang berada di level 12.963.
Nilai tukar rupiah melemah akibat penambahan tenaga kerja sektor swasta di Amerika Serikat naik hingga 212 ribu di bulan Februari. Kenaikan data pekerja ini menjadi indikator membaiknya perekonomian Amerika Serikat sehingga mendorong investor untuk memborong dolar.
Pada perdagangan Rabu, 4 Maret 2015, rupiah melemah 21,5 poin (0,17 persen) pada level 12.990,5 per dolar AS. Padahal, pada perdagangan siang hari, rupiah masih kokoh berada di level 12.964 per dolar AS.
Analis valuta asing Lindawati Susanto mengatakan data tenaga kerja tersebut memperjelas momentum kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed's Rate). Selain itu, kata Lindawati, aturan yang mewajibkan perusahaan non-bank melakukan lindung nilai mendorong permintaan dolar di pasar domestik.
Penurunan BI Rate turut memicu pergerakan negatif rupiah. Imbal hasil pasar obligasi yang ada kemungkinan juga bakal mengalami penyesuaian menyebabkan investor mulai mengalihkan dananya ke aset-aset yang lebih menarik.
Menjelang akhir pekan, Lindawati memperkirakan rupiah tertekan dalam kisaran level 12.950-13.100 per dolar AS. Pernyataan terbaru para petinggi The Fed bakal menjadi sentimen utama yang diperhatikan investor.
FERY F | MEGEL JEKSON