TEMPO.CO, Jakarta - Karya-karya arsitektur Antony Liu menitikberatkan pada bagaimana karakter bangunan seorang arsitek akan terbentuk dan terlihat sendiri.
Antony suka dibilang sebagai arsitek yang punya semangat belajar. Banyak arsitek yang sekali lihat sesuatu langsung kepikiran konsep bangunan. Namun Antony adalah tipe arsitek yang lebih banyak mendengar dan memperhatikan pertanda.
"Karena itu, mengapa dalam mengkreasi sesuatu saya butuh waktu lama. Tak heran, kliennya harus bersabar-sabar saja," kata Antony, dua pekan lalu.
Karya-karya Studio TonTon yang dia dirikan kebanyakan minimalis. "Sebenarnya kami enggak pernah memikirkan soal itu. Yang penting, bangunan yang kami buat itu baik dan tahan cuaca apa pun," ujarnya.
Namun Antony juga ingin rancangannya bisa membuat orang merasakan suasana tertentu ketika berada di situ. "Memang, gara-gara itulah, banyak orang heran ada arsitek kayak kami, yang mau ribet ngurusin detail. Tapi enggak apa-apa. Ini kan idealisme kami. Kami sadar, kok, enggak semua karya kami bisa menyenangkan semua orang," tuturnya.
Antony menyebutkan beberapa hal yang dituangkan dalam desain supaya bangunannya terkesan "sangat Studio Tonton", khususnya soal fungsi. "Misalnya, bagaimana membuat lampu di luar ruangan yang tahan karat juga bagus bagian dudukannya. Itu hal-hal kecil dan detail yang 'sangat kami'. Saya enggak pengin membikin sesuatu yang konsepnya keren, tapi urusan pemeliharaannya ribet," ucapnya.
Antony sangat mengagumi dan banyak belajar dari para arsitek seperti Yori Antar, Andra Matin, Denny Gondo, dan Adi Purnomo. Dia juga mengagumi Tadao Ando lantaran sangat menyukai arsitektur Jepang yang dianggapnya sangat memperhatikan detail, sampai urusan kamar mandi pun diperhatikan benar.
ISMA SAVITRI | HP