TEMPO.CO, Washington - Mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton menyatakan telah meminta Kementerian Luar Negeri untuk membuka seluruh surat elektronik (e-mail) yang menggunakan alamat e-mail pribadinya kepada masyarakat.
"Saya mau masyarakat melihat e-mail saya. Saya minta Kementerian Luar Negeri merilisnya. Mereka mengatakan mereka akan mengkajinya untuk segera dirilis," kata Hillary melalui akun Twitternya pada Rabu malam, 5 Maret 2015, seperti dikutip dari CNN hari ini.
Sebelumnya, Hillary menjadi sorotan karena selama empat tahun menjabat menteri luar negeri, ia menggunakan alamat e-mail pribadi. Ada lebih dari 50 ribu halaman e-mail yang ditemukan di alamat e-mail pribadinya. Ia diduga melanggar Undang-Undang Transparansi.
Partai Republik mengeluarkan pernyataan pekan ini yang mempertanyakan motif Hillary menggunakan alamat e-mail pribadi. "Ini membuat tanda tanya," kata Ketua Komisi Nasional Republik Reince Priebus."Apakah dia menggunakan e-mail pribadi agar dia dapat melakukan diplomasi dan penggalangan dana pada saat bersamaan?" ujar Reince Priebus.
Presiden Barack Obama pada akhir 2014 telah menandatangani revisi undang-undang tentang penyimpanan surat-menyurat resmi pejabat AS. Undang-undang ini melarang penggunaan alamat e-mail pribadi oleh pejabat publik, kecuali mereka menyalin atau meneruskan e-mail ke alamat e-mail kantor mereka dalam tempo 20 hari.
Sebenarnya, Hillary bukanlah pejabat tinggi pertama yang menggunakan alamat e-mail pribadi. Sebelumnya, mantan Menteri Luar Negeri Colin Powell dan Condoleezza Rice juga menggunakan alamat e-mail pribadi.
Munculnya pertanyaan atas motif Hillary menggunakan alamat e-mail pribadi karena kekhawatiran e-mail-nya mudah diterobos oleh peretas karena tidak ada perlindungan khusus selama ini. Apalagi ia mendaftarkan alamat e-mail-nya dari rumahnya di Chappaqua, New York. Namun, ada dugaan kasus ini digunakan untuk menjegal Hillary yang diduga maju dalam pencalonan Presiden AS pada 2016. Sementara istri Bill Clinton, Presiden AS yang ke 42, belum memastikan maju dalam pemilihan untuk menggantikan Obama.
CNN | TIME | MARIA RITA