TEMPO.CO, Banyuwangi - Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan Suseno Sukoyono mengatakan ikan sidat (ordo Anguilliformes) asal Banyuwangi, Jawa Timur, merupakan jenis terbaik di Indonesia. Sidat menjadi komoditas termahal karena harganya Rp 300 ribu per kilogram."Tapi komoditas ini belum dikembangkan serius di Indonesia," katanya di Banyuwangi, Jumat, 6 Maret 2015.
Sidat Banyuwangi terbaik, kata dia, karena kandungan bakteri pada perairan di kabupaten paling timur Pulau Jawa ini masih rendah. Berdasarkan uji laboratorium, Suseno membandingkan, pada 25 miligram air di Jakarta, kandungan koloni bakterinya mencapai di atas 550 ribu part per million (ppm). "Sedangkan di Banyuwangi kurang dari 10 ribu ppm," katanya.
PT Iroha Sidat Indonesia, eksportir sidat di Banyuwangi, setiap tahun mengekspor 120-250 ton ikan sidat ke Jepang. Menurut Manajer Perencanaan PT Iroha, Tri Djoko Narbuko, ekspor sidat tersebut dalam bentuk siap olah. Namun angka ekspor ini dianggap kecil karena pembesaran sidat cukup lama. "Karena sidat baru bisa panen setelah 18 bulan," kata Tri Djoko.
Sidat berkembang di dua perairan. Sidat tumbuh besar di perairan tawar, tapi setelah dewasa akan kembali ke laut untuk berpijah. PT Iroha mengembangkan sidat dalam tambak seluas 47 hektare di Banyuwangi dan Situbondo. Dua spesies yang dibudidayakan adalah Anguilla marmorata dan Anguilla bicolor.
Selain untuk ekspor, pasar ikan sidat dalam negeri juga tinggi. Ketua Asosiasi Sidat Jawa Timur Abdul Kodir mengatakan harga sidat untuk pasar domestik Rp 155 ribu per kilogram. Di Jawa Timur, angka panen petani sidat baru 80 ton. Menurut Kodir, harga komoditas ikan sidat saat ini tertinggi dibandingkan udang atau kerapu. "Selain untuk restoran, juga kami pasok ke eksportir," katanya.
IKA NINGTYAS