TEMPO.CO, Jakarta - Sepuluh aktivis dari Poros Pemuda Bangkalan mengancam akan menggelar aksi mogok makan jika Kepolisian Resor Bangkalan, Jawa Timur, belum berhasil menangkap pelaku penembakan penggiat antikorupsi Mathur Husairi. (Baca:Penembak Aktivis Antikorupsi Dicari Sampai ke Jakarta)
"Kalau lima hari ke depan (pelaku belum diungkap), kami akan gelar aksi mogok makan di depan Polres Bangkalan," kata Ketua Poros Pemuda Bangkalan Mahmudi Ibnu Khotib, ketika berdemo di depan kantor Polres Bangkalan, Senin, 9 Maret 2015. Ia mengatakan aksi mogok makan akan dimulai pada 16 Maret 2015.
Menurut Mahmudi, belum tertangkapnya pelaku penembakan akan menjadi preseden buruk bagi penegakan kasus korupsi di Bangkalan. Sebab, selain penembakan terhadap Mathur, masih banyak kasus kekerasan serupa yang mengendap di kepolisian.
Mahmudi menuturkan ada tujuh kasus kekerasan terhadap aktivis Bangkalan lainnya yang hingga kini belum diungkap kepolisian, antara lain pembacokan terhadap Mahmudi hingga perusakan mobil milik pembina LSM Leksdam Aliman Haris pada 2010 lalu.
"Mogok makan ini adalah bentuk keprihatinan kami atas memble-nya penegakan hukum di Bangkalan," ujar dia. (Baca:Pengacara: Bukan Fuad di Balik Penembakan Aktivis)
Atas fakta tersebut, aktivis menuding dalam menangani kasus kekerasan kepada aktivis, polisi Bangkalan bermain mata dengan penguasa dan preman. "Polisi Bangkalan tunduk pada preman," katanya lagi.
Wakil Kepala Polres Bangkalan Komisaris Yanuar Herlambang membantah polisi bermain mata dalam menangani kasus kekerasan yang menimpa aktivis. "Tidak benar kami tidak serius menangani kasus Mathur," katanya.
Dia mengatakan proses penyelidikan untuk mencari penembak aktivis Mathur masih berjalan. Hanya saja, Yanuar mengaku belum mengetahui perkembangan kasus itu karena penyelidikannya diambil alih oleh Kepolisian Daerah Jawa Timur.
"Saya pastikan pengungkapan kasus Mathur tidak berhenti, masih ditangani secara serius oleh tim dari Polda," ujarnya.
MUSTHOFA BISRI