TEMPO.CO, Jakarta - Seniman seni rupa kontemporer Heri Dono akan mewakili Indonesia dalam pameran Biennale Venesia di Venesia, Mei mendatang. Dia akan memamerkan karyanya berjudul Voyage.
Karya kontemporer instalasi ini berwujud seperti perpaduan kuda troya dan komodo yang disebut Trokomod dan perahu arwah. Dia mengerjakan karya-karyanya terpisah di studionya di Yogyakarta dan studio milik seniman dan pengajar Institut Teknologi Bandung, Asmudjo, di Bandung.
Dalam perbincangan Heri Dono di acara Artist 's Talk di pusat budaya Italia, Istituto di Italiano, Heri menjelaskan ide tentang Voyage. Maksud di balik Trokomod dan perahu arwahnya. Tetapi rupanya dalam membuat karyanya ini seniman kelahiran Jakarta, 12 Juni 1960,rupanya sempat mengaku kesulitan.
“Yang lebih sulit justru Trokomod-nya, karena harus digambar di komputer. Idenya sudah lama ada di kepala,” ujarnya hari ini. Dia bersama salah satu tim artistik, Asmudjo Irianto mewujudkan Trokomod itu. “Pas praktek dari gambar komputer itu ada salah-salah juga,”ujarnya sambil tertawa.
Dia juga bercerita awal dia membuat prototipe perahu arwah di Yogyakarta. Dia langsung menggambar perahunya sesuai ukuran aslinya di lantai. “Langsung, pakai tatakan alumunium. Kalau salah potong, kurang ya ditambahi kalau lebih ya langsung potong,” ujarnya.
Baca Juga:
Trokomod memang mengedepankan unsur lokal, diambil dari komodo sebagai salah satu unsur lokal. Trokomod ini nanti akan seperti makhluk purba dari masa depan. Pengunjung bisa memasuki Trokomod yang tingginya hampir mencapai empat meter dan panjang hampir delapan meter itu. Pengunjung nantinya bisa mengamati keadaan sekeliling melalui teleskop yang seperti periskop.
Melalui dua karyanya itu, Heri Dono ingin mengajak pengunjung memikirkan kembali hubungan globalisasi dengan budaya lokal. Termasuk di dalamnya sumber sejarah, sosial, politik, mistik untuk melihat posisi Indonesia, dan dia sebagai seniman. Dia menginginkan seniman dan seni dari Asia bisa sejajar dan dipandang oleh dunia Barat. Karena selama ini bangsa Timur cenderung dipandang sebelah mata oleh dunia Barat dan global. “Jadi ini semacam serangan balik bahwa Timur tak lagi menjadi obyek, tapi punya suara penting sebagai subyek dalam percaturan global,” ujarnya.
Awal bulan lalu, karya Heri Dono dipamerkan di studio milik Asmudjo di Lawang Wangi, Bandung. Mereka berlatih bongkar pasang instalasi yang diselesaikan dalam dua hari. Karya ini kini sudah siap di kirim ke Venesia melalui Pelabuhan Tanjung Priok.
DIAN YULIASTUTI