TEMPO.CO, Jakarta - Pegiat antikorupsi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Julius Ibrani, menilai Taufiequrrachman Ruki dan Indriyanto Seno Adji menjadi orang yang sengaja dipilih Presiden Joko Widodo untuk melemahkan Komisi Pemberantasan Korupsi.
Keduanya kini menjadi Ketua KPK dan Wakil Ketua KPK yang bersifat sementara. "KPK kini bukan cuma loyo, tapi memang sengaja dirontokkan dari dalam dengan mengirimkan 'kuda troya' lewat penunjukkan keduanya," kata Julius saat dihubungi, Senin, 9 Maret 2015.
Menurut Julius, nuansa politis sangat kuat kepada Ruki dan Indrianto. Dia mengatakan, mereka bahkan punya rekam jejak menjadi pembela koruptor. "Saat ini, KPK bukan hanya melempem tapi sudah diokupasi secara struktural oleh kepentingan politik," ujar dia.
Ruki dan Indriyanto dinilai dekat dengan politikus. Sejak mereka menjadi pimpinan KPK, komisi antirasuah itu jarang terlihat mengurus kasus korupsi besar seperti kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia dan kasus Century.
Ruki dan Indriyanto adalah "orang luar KPK" yang ditunjuk Jokowi untuk memimpin KPK. Penunjukkan itu sekaligus memberikan status nonaktif terhadap Ketua KPK Abraham Samad dan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto yang dijadikan tersangka oleh kepolisian.
Jokowi menunjuk satu nama lagi, yaitu Deputi Pencegahan KPK Johan Budi Sapto Pribowo, untuk mengisi kursi Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas yang masa jabatannya habis.
Langkah Jokowi itu merupakan lanjutan setelah Abraham dan Bambang dijadikan tersangka. Keduanya dibidik polisi setelah KPK menetapkan bekas calon Kepala Kepolisian Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai tersangka perkara gratifikasi dan suap.
MUHAMAD RIZKI