TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla tak yakin kalau warga negara Indonesia yang hilang di Turki bergabung dengan ISIS. Musababnya, kata JK, ada anak kecil yang termasuk dalam rombongan turis yang dinyatakan hilang itu."Masak bawa anak kecil ke daerah konflik. Kalau jihad apa ya bawa anak kecil," kata JK di kantornya, Senin 9 Maret 2015.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menduga 16 warga negara Indonesia yang hilang di Turki kini telah memasuki wilayah Suriah. "Kami belum bisa pastikan, tapi kemungkinan besar gabung ISIS," kata Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT Inspektur Jenderal Arief Dharmawan.
Menurut Arief, faktor jihad atau ikut berperang bukan semata motif seseorang bergabung dengan ISIS. Sebab, menurut kajian yang dilakukan BNPT, faktor materi juga menjadi motif kuat seseorang bergabung dengan ISIS.
ISIS bisa memberikan gaji US$ 2.000-3.000 per pekan atau setara Rp 25 juta-39 juta dalam kurs saat ini. Jika dihitung-hitung, hampir tiap bulan mereka bisa mengantongi duit US$ 8.000-12.000 atau setara Rp 100 juta-Rp 150 juta. "Iming-iming uang ini juga menarik orang-orang bergabung dengan ISIS," kata Arief.
JK tetap skeptis bahwa WNI hilang tak akan bergabung ISIS kendati ada imbalan relatif besar. "Walau ada imbalannya, tapi bagaimana membawa anak-anak ke situ," kata JK.
Sebelumnya, 16 warga negara Indonesia dikabarkan hilang di Istanbul, Turki. Mereka sengaja memisahkan diri dari rombongan asal Indonesia yang awalnya berjumlah 25 orang. Ada dua bayi dan lima anak-anak yang terdaftar dalam rombongan hilang itu. Selain bayi dan anak kecil, rombongan hilang itu terdiri dari satu remaja dan delapan orang dewasa.
Hilangnya keenam belas orang itu berawal dari pemisahan diri dari rombongan tur yang jumlah keseluruhannya 25 orang. Rombongan yang menggunakan travel bernama Smailing Tour ini berangkat dari Indonesia pada 24 Februari 2015 dari Jakarta. Mereka berjanji kembali bergabung pada 26 Februari 2015, di Kota Pamukkale, Turki. Namun, hingga tanggal yang dijanjikan, keenam belas orang itu tak kunjung datang.
MUHAMMAD MUHYIDDIN | INDRA WIJAYA