TEMPO.CO, London - The International Strategic Dialogue merilis sebuah laporan tentang radikalisasi perempuan Barat, yang terutama didasarkan pada pernyataan yang dibuat melalui akun media sosial. Ditemukan bahwa wanita yang bepergian ke wilayah yang dikuasai Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) terutama didorong oleh tiga alasan utama: penindasan yang dirasakan orang-orang muslim, keinginan untuk membuat sebuah negara dengan ideologi murni, dan merasakannya sebagai kewajiban agama.
Erin Saltman, yang memimpin program perempuan dan ekstremisme lembaga ini, mengatakan sekitar 550 wanita dari negara-negara Barat telah melakukan perjalanan ke wilayah yang dikuasai ISIS. Termasuk di dalamnya adalah sekitar 70 orang dari Prancis dan 50 orang dari Inggris.
"Meskipun beberapa wanita muda mungkin akan terkejut pada kondisi di sana, terutama di daerah yang dilanda perang, sebagian besar wanita muda yang telah menjadi radikal tak menyesal meninggalkan keluarga dan rumah mereka," katanya.
Mia Bloom, penulis Bombshell: Women and Terrorism, mengatakan perekrut online akan mempropagandakan manfaat hidup di wilayah ISIS. Ia terutama menyatakan mereka akan menjadi bagian dari persaudaraan sejati dengan banyak teman sehati. "Mereka mencoba untuk menjual ide bahwa itu adalah utopia yang sangat ideal," katanya.
Para perekrut online akan sering mendiskreditkan kekejaman ISIS dengan mengatakan bahwa media bias memberitakannya. "Seperti jaringan pedofil seksual, mereka menciptakan hubungan, membangun kepercayaan, menciptakan lingkungan kerahasiaan, dan 'jangan bilang siapa-siapa'," kata Bloom, yang juga mengajar studi keamanan di University of Massachusetts, Lowell.
Mereka juga dapat memberikan tip tentang cara untuk meninggalkan negara itu, termasuk apa yang harus dikemasi, apa yang dipakai, dan bagaimana untuk menghindari kecurigaan pihak keamanan, serta kadang-kadang menyediakan bantuan keuangan untuk pembelian tiket pesawat. Informasi serupa juga dapat ditemukan di situs web.
ISIS telah menjadi sangat mahir menggunakan media sosial sebagai alat rekrutmen, khususnya bagi kaum muda, demikian kata para ahli. Di Spanyol, empat orang ditangkap setelah diketahui melakukan kampanye di media sosial untuk memikat perempuan bergabung dengan kelompok ekstremis seperti ISIS.
Bloom mengatakan wanita biasanya diberitahu untuk hanya terbang ke negara seperti Turki dan kemudian akan dikontak oleh seseorang yang akan membawanya ke wilayah ISIS. Dia mengatakan perempuan yang direkrut sengaja tidak diberitahu tentang spesifik dari rencana ini sehingga jika mereka tertangkap dalam perjalanan, mereka tidak dapat memberikan informasi rinci terkait rute yang akan mereka ambil untuk masuk ke Suriah.
CBC NEWS | INDAH P.