TEMPO.CO, Surabaya - Kepolisian Daerah Jawa Timur membantah adanya perekrutan anggota Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) via biro travel. "Tidak ada perekrutan lewat biro travel," kata Kepala Kapolda Jawa Timur Inspektur Jenderal Anas Yusuf kepada wartawan di Mapolres Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Selasa, 10 Maret 2015.
Sebanyak 16 warga negara Indonesia yang dinyatakan hilang di Turki memang menggunakan jasa biro travel untuk berangkat ke Turki. Mereka diketahui memisahkan diri dari rombongan. Sembilan orang di antaranya berasal dari Jawa Timur.
Anas mengatakan pihaknya terus berkoordinasi dengan Interpol Indonesia yang juga berkomunikasi dengan Interpol Ankara, Turki. "Kami terus komunikasi. Leading sector-nya ke Kemenlu," kata Anas.
Menurut Anas, polisi tidak bisa mengetahui niatan seseorang pergi ke suatu tempat. Langkah antisipasi yang dilakukan Polda Jawa Timur adalah berkoordinasi dengan pihak Imigrasi yang mengetahui persis soal imigran.
Anas juga berpesan kepada masyarakat agar melaporkan jika menemui kelompok-kelompok yang agak nyeleneh. Sayangnya, dia tidak menjelaskan lebih lanjut maksud nyeleneh yang disebutnya.
Rombongan tur itu berangkat pada 24 Februari 2015 dari Jakarta. Mereka terbang ke Turki dengan pesawat Turkish Airlines TK 67. Setibanya di Bandara International Ataturk, Istanbul, sebanyak 16 dari 25 orang mengatakan kepada pemimpin rombongan bahwa mereka akan berpisah dari rombongan. Mereka berjanji kembali bergabung pada 26 Februari 2015 di Kota Pamukkale, Turki.
Ditunggu hingga tanggal yang dijanjikan, 16 peserta tur itu tak kembali. Rombongan ini dijadwalkan pulang pada 4 Maret 2015 pukul 00.40 menggunakan Turkish Airlines TK 66. Sebanyak 16 WNI yang memisahkan diri itu pun tidak muncul di bandara.
AGITA SUKMA LISTYANTI