TEMPO.CO, Jakarta - Indeks saham kembali mengalami tekanan jual setelah bursa Amerika dan Asia memberikan sinyal negatif. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia pada penutupan sesi pertama perdagangan hari ini turun tajam 46,3 poin (0,85 persen) ke level 5.416,59. Saham-saham berkapitalisasi besar, seperti perbankan serta saham-saham sektor konstruksi dan properti, menjadi pemberat IHSG.
Analis PT First Asia Capital, Ivan Kurniawan, mengatakan koreksi tajam yang terjadi pada indeks Dow Jones tadi malam membuat indeks saham Asia melemah. Pada saat yang sama, nilai tukar rupiah menembus level 13.200 per dolar. "Pelaku pasar grogi melihat pasar keuangan yang begitu volatile, sehingga tidak ada pilihan selain menjual saham."
Indeks Dow Jones semalam turun tajam 1,8 persen, diikuti indeks Standard & Poor yang juga turun 1,81 persen. Sentimen negatif dari Wall Street berimbas ke pasar Asia. Hingga jeda siang, indeks Hang Seng sudah turun 0,21 persen, Strait Times melemah 0,42 persen, dan bursa Korea menyusut 0,3 persen.
Menurut Ivan, pelemahan IHSG lebih tajam karena pekan lalu telah mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Pada masa ini, indeks akan berkonsolidasi dan diiringi aksi ambil untung. Ditambah lagi investor asing terus melepas saham sejak awal pekan membuat bobot IHSG kian menipis.
Hari ini, investor asing mencatat net sell sebesar Rp 300 miliar. "Pasar obligasi dan deposito di AS yang semakin bersinar akibat rencana kenaikan bunga The Fed membuat investor asing menarik kembali dananya," ujar Ivan.
Untuk jangka pendek, IHSG tampaknya akan menguji kisaran 5.400. Bila batas bawah itu jebol, ada kemungkinan terjadi koreksi lanjutan ke kisaran 5.300.
M. AZHAR