TEMPO.CO, Bojonegoro - Para petani di Kabupaten Bojonegoro memilih menyimpan gabah ketimbang melepasnya ke pasaran. Harga Gabah Kering Sawah (GKS) kini anjlok dibandingkan harga pekan lalu.
Menurut Kepala Desa Kandangan Kecamatan Trucuk, Tamban, harga GKS anjlok hingga rata-rata Rp 3400 per kilogram. “Padahal, satu pekan lalu harga gabah minimal Rp 4100 per kilogram,” kata dia kepada Tempo, Rabu, 11 Maret 2015.
Harga GKS di tingkat petani anjlok karena sejumlah kecamatan panen raya pada Maret-April ini. Agar tidak rugi, para petani menyimpan gabah. Sebagian dijual kembali untuk modal tanam pada akhir Maret hingga April mendatang. “Lebih baik menyimpan.”
Biasanya, gabah yang disimpan jumlahnya minimal satu ton atau disesuaikan dengan hasil panen. Misalnya, jika petani memiliki sawah seluas satu hektare dan menghasilkan sekitar 6,5 ton gabah, maka yang disimpan separonya.
Hal yang sama juga dilakukan petani di Desa Kebunagung Kecamatan Padangan Bojonegoro. Menurut Udin, petani Kebunagung di desa itu, harga GKS, sekarang ini hanya sekitar Rp 3200 per kilogram. “Sudah diborong,” ujarnya kepada Tempo, Rabu, 11 Maret 2015. Kebanyakan pembelinya berasal dari luar Bojonegoro seperti dari Kabupaten Pati, Rembang, dan Purwodadi, Jawa Tengah. Ia menyimpan sebagian gabah untuk dijual saat harga normal.
Meski harga GKS turun drastis, tetapi harga beras di pasaran di Bojonegoro masih tinggi dibanding dua bulan sebelumnya. Harga beras kelas medium di Pasar Kota Bojonegoro, misalnya, masih di kisaran Rp 9000 per kilogram dari sebelumnya Rp 8200 per kilogram. Namun, masyarakat yakin dalam satu-dua pekan mendatang, harga beras akan kembali notmal.
Kepala Dinas Pertanian Ahmad Djupari mengatakan bahwa Bojonegoro kini panen raya. Terutama Bojonegoro bagian barat, seperti Kecamatan Padangan, Kasiman, Malo, Gayam, Kalitidu, Trucuk, dan Dander. Begitu juga dengan Bojonegoro bagian timur. Di antaranya Kecamatan Kanor dan sebagian di Kapas. “Harga gabah anjlok karena produksi padi di tingkat petani melimpah,” ujarnya kepada Tempo, Rabu 11 Maret 2015.
Produksi beras diharapkan bisa mencapai target 900 ribu ton tahun ini.
SUJATMIKO