TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowdijojo, mengatakan kondisi rupiah saat ini dalam kondisi aman. "Kami ingin sampaikan secara umum dalam kondisi aman. Bank Indonesia akan selalu ada di pasar dan akan menjaga volatelitas tidak tinggi," katanya di Istana, Rabu 11 Maret 2015.
Dia berharap Bank Indonesia tetap menjaga kepercayaan masyarakat. "Apalagi pemerintah berkomitmen ingin perbaiki," kata Agus.
Bank Indonesia, kata Agus, akan selalu mewaspadai perkembangan inflasi dan transaksi berjalan. Dia ingin tingkat inflasi itu berkembang menuju tingkat yang lebih sehat.
Apalagi dia mendengar komitmen pemerintah untuk merealisasikan hal itu. "Kami juga melihat presiden ingin supaya APBN itu dapat direalisasi dengan baik."
Dia mengatakan sejak awal tahun hingga bulan Maret rupiah telah terdepresiasi sebesar 5,7 persen. Sebagai negara berkembang, India dan Turki juga disoroti selain Indonesia.
Untuk depresiasi mata uang India sebesar 16 persen dan Turki 17 persen. "Selain itu perkembangan nilai tukar (rupiah) juga tidak lebih buruk dari negara-negara tetangga kita, seperti Malaysia atau Singapura," kata Agus.
Bambang mengatakan pemerintah telah melakukan perbaikan-perbaikan ekonomi. Untuk itu, Bank Indonesia masih yakin target inflasi akan mencapai 4 persen atau kurang dari itu. Yield surat utang pemerintah yang sebelumnya 8 persen juga telah turun 7 persen,
Dia mengakui adanya utang luar negeri terhadap pelemahan mata uang dan mempengaruhi pasar uang. Untuk utang luar negeri, Indonesia belum mengkhawatirkan seperti seperti negara lain. "Kalau pasar uang pada saat sekarang ini cukup ada tekanan dan ada dari eksternal," kata Agus.
Amerika dan Cina mengalami pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada ekonomi Indonesia. Bank Indonesia memperhatikan rencana kebijakan The Fed dan peryataan pejabat-penjabatnya tentang berkurangnya pengangguran.
Sedangkan pada pertumbuhan ekonomi Cina, pemerintahan Tirai Bambu itu menyepakati ekonomi akan tumbuh 7 persen dan mencapai secara berkesinambungan. "Kedua hal ini, kata dia, perlu diwaspadai dan akan berdampak pada ekonomi dunia."
ALI HIDAYAT