TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat terorisme dan jaringan radikal Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Akhmad Muzakki mengatakan sampai saat ini pemerintah belum memberikan informasi yang jelas tentang hilangnya 16 warga negara Indonesia di Turki. Namun pemerintah sudah memberikan sinyal bahwa selain hilang, ada alasan lain yang menyebabkan mereka memisahkan diri dari rombongan.
"Alasannya karena mereka memiliki ketertarikan kepada jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)," kata Muzakki usai dikukuhkan sebagai guru besar termuda bidang sosiologi di UIN Sunan Ampel Surabaya, Rabu, 11 Maret 2015.
Menurut Muzakki, faktor geneologi juga sangat berpengaruh sebagai faktor penarik aliran-aliran yang berpusat di wilayah Timur Tengah itu. Ia menduga bahwa 16 WNI itu masih ada gen atau keturunan orang Arab.
"Salah satunya warga Surabaya yang bernama Jusman. Jika diteliti nasabnya ke atas, pasti masih ada kaitannya dengan orang Arab," kata Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur ini.
Selain itu, patronasi atau ikatan antara guru dan murid menjadi salah satu penyebab munculnya ketertarikan kepada jaringan ISIS atau aliran-aliran radikal lainnya. "Karena biasanya mengikuti guru-gurunya, apalagi mereka masih memiliki gen Arab, tambah kental," tutur dia.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa ada kaitan antara pemain lama dengan pemain baru yang mengikuti jaringan radikal. Apalagi Jawa Timur masih menjadi lahan empuk bagi perkembangan jaringan-jaringan radikal. "Kita bisa tarik pelajaran dari tujuh warga Surabaya yang ikut menghilang di Turki, yakni Jawa Timur masih menjadi sarang empuk perkembangan ideologi radikal."
Karena itu, ucap Muzakki, pemerintah Jawa Timur khususnya Pemerintah Kota Surabaya harus menggandeng seluruh organisasi masyarakat (ormas), untuk menjaga dan membentengi jaringan radikal di lingkungan masing-masing.
Sebanyak 16 orang dinyatakan hilang dan memisahkan diri dari rombongan ketika menjalani tur. Rombongan itu berangkat pada 24 Februari 2015 dari Jakarta. Mereka terbang ke Turki dengan pesawat Turkish Airlines TK 67. Setibanya di Bandara International Ataturk, Istanbul, keenam belas orang ini mengatakan kepada pemimpin rombongan bahwa mereka akan berpisah dari rombongan. Mereka berjanji kembali bergabung pada 26 Februari 2015 di Kota Pamukkale, Turki.
Ditunggu hingga tanggal yang dijanjikan, ke-16 peserta tur itu tak kembali. Rombongan ini dijadwalkan pulang pada 4 Maret 2015 pukul 00.40 menggunakan Turkish Airlines TK 66. Sebanyak 16 WNI yang memisahkan diri itu pun tidak muncul di bandara.
MOHAMMAD SYARRAFAH