TEMPO.CO, Pontianak - Rabu pagi, 11 Maret 2015, mungkin menjadi hari paling mengerikan bagi Jaka Suryana. Ia menemukan Tari Arizona, keponakannya, telungkup bersimbah darah di balik kursi tamu di rumah Tari di Jalan Tani Makmur, Kota Baru, Pontianak Selatan, Kalimantan Barat.
"Saya sudah curiga karena pintu rumahnya tidak tertutup, begitu juga dengan pagar. Terlebih ada darah berceceran di tangga, setelah masuk saya melihat korban dalam posisi tertelungkup," kata Jaka, saat diperiksa oleh penyelidik Kepolisian Sektor Pontianak Selatan.
Menurut Jaka, istrinya, yang juga bibi Tari, sempat mengkhawatirkan keberadaan Tari. Sebabnya, sejak Selasa malam, Tari tak juga mengangkat telepon meski berkali-kali dihubungi. Pagi itu, Jaka ingin memastikan kondisi perempuan berusia 25 tahun itu. Namun semuanya sudah terlambat.
Pemandangan yang lebih mengerikan diungkapkan lebih rinci oleh tim penyelidik polisi. Penyelidik menemukan Tari telungkup dengan kepala berlumuran darah. Mulutnya dilakban, bahkan gulungan lakban yang belum dipotong masih menempel di bagian belakang kepalanya.
Tangan pegawai negeri sipil di Pengadilan Tinggi Pontianak itu terikat ke belakang. Ia tidak mengenakan baju atasan, hanya memakai penutup dada. Jasadnya nyaris tanpa busana. Hanya ditutupi sehelai selimut tebal yang diduga milik janda beranak satu itu.
Di lokasi kejadian, penyidik Polsek Pontianak Selatan, Kalimantan Barat, menemukan bukti signifikan yang mengarah kepada kasus pembunuhan. Sebuah balok kayu berlumur darah diduga kuat menjadi senjata yang digunakan pembunuh untuk menghabisi nyawa Tari.