TEMPO.CO, Jakarta - Pemahaman Islam radikal di kalangan pelajar Indonesia di Turki bukan diperoleh setelah mereka menuntut ilmu di negara sekuler itu.
Menurut penggiat nilai-nilai Islam damai "Gusdurian" di Turki, Muhammad Syauqillah, umumnya para pelajar itu sudah datang dengan pemahaman Islam yang radikal. Meski jumlah mereka relatif kecil, dampaknya bisa luas.
"Kalau ditelusuri, mereka terlibat jaringan organisasi Islam radikal yang ada di Indonesia selama ini," kata Syauqillah kepada Tempo, Jumat malam, 13 Maret 2015. Saat ini, sekitar seribu pelajar, baik setingkat SMA maupun mahasiswa, tinggal di Turki. Semuanya penerima beasiswa.
Mereka inilah, ujar Syauqillah, yang membantu orang-orang Indonesia yang ingin masuk ke Suriah melalui Turki untuk bergabung dengan milisi di sana. Menurut Syaquillah, satu-satunya jalur paling aman bagi orang asing yang ingin membantu kelompok militan, seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), di Suriah hanya melalui perbatasan Turki.
Di kota perbatasan Turki dan Suriah, Gaziantep dan Kilis, ada orang yang sudah ditempatkan di sana untuk memberi petunjuk jalan dan logistik kepada orang-orang asing yang ingin bergabung dengan ISIS. Turki mendata semua warga asing yang menyeberang ke Suriah.
"Jadi tidak sulit sebenarnya menelusuri para pelajar Indonesia yang bergabung dengan ISIS, apalagi hubungan Indonesia dan Turki baik selama ini," kata Syauqillah.
MARIA RITA