TEMPO.CO, Jakarta - Perwakilan asosiasi perikanan Malaysia menyambangi kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan pada Jumat, 13 Maret 2015. Mereka hendak meminta dukungan karena stok ikan di negeri jiran itu tengah berkurang.
"Berkurang karena sedang musim Monsoon. Jadi kami memerlukan dukungan dari negara dengan stok ikan berlimpah," kata perwakilan Malaysia, Dato Irmohizam Haji Ibrahim.
Malaysia cenderung mengimpor ikan dalam jumlah yang cukup besar. Pada 2013, negara itu mengimpor hingga 30 ribu metrik ton atau senilai MYR 600 juta. Meski masih menghitung kebutuhan impor untuk 2015, Dato meyakini akan ada penambahan karena populasi Malaysia pun meningkat. "Ini satu kaidah yang baik," ujarnya.
Ikan-ikan yang diambil Malaysia adalah jenis ikan laut, seperti kerapu, kakap merah, dan udang. Kendati memiliki laut, luasnya tak sebesar Indonesia sehingga hasilnya tak dapat dibandingkan.
Selain permintaan ikan, kedua negara ini juga membahas kemungkinan kerja sama pada sektor perikanan. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan pihaknya membuka pintu seluas-seluasnya bagi mereka yang ingin berinvestasi, tapi dibatasi pada sektor hilir. "Saya buka untuk cold storage, pasar ikan, processing, dan aquaculture. Tapi tidak boleh tangkap ikan," kata Susi.
Perairan Indonesia akan dikhususkan untuk nelayan lokal agar memiliki laut yang cukup. "Karena nelayan dan petani itu basic profession," tuturnya.
Pembicaraan mengenai investasi ini masih sekedar wacana bersama. Mengenai besaran modal, menurut Susi, masih akan dibicarakan lagi.
"Belum, tapi mereka sudah tahu kita terbuka untuk investasi asing," katanya.
URSULA FLORENE SONIA