TEMPO.CO , Yogyakarta: Museum Haji Widayat akan menggelar pameran berjudul "Revitalisasi", untuk memperingati 20 tahun keberadaannya di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pameran itu dibuka pada Ahad, 15 Maret 2015 di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Kegiatan ini diselenggarakan selama tiga bulan atau berakhir hingga 30 Juni 2015. Pameran akan menampilkan karya-maestro seni rupa Indonesia, Widayat dan karya dari 44 seniman muda yang membaca karya seniman Widayat.
Kurator memilih tema karya maestro seni rupa Widayat untuk dibaca kembali oleh para seniman muda. "Sesuai tema, karya itu merupakan karya terbaik yang menjadi ciri khas H. Widayat," kata Direktur Museum Haji Widayat, Fajar Purnomo Sidi ketika dihubungi, Jumat, 13 Maret 2015.
Menurut dia, seniman muda membaca karya Widayat bertema flora, binatang, kehidupan sehari-hari, mitos Jawa dan Narasi Islam, dan Pemandangan. Pada peringatan Museum Widayat yang sebelumnya, lebih banyak menampilkan karya dari seniman maupun mahasiswa Widayat.
Sedangkan, pameran kali ini menyuguhkan karya seniman muda yang memiliki rentang generasi terpaut cukup jauh dengan Widayat.
Menurut Fajar keterlibatan seniman muda sangat penting. Widayat yang juga ayah Fajar pada pidato peresmian museum pada 30 April 1994 pernah menyatakan hal itu. Di hadapan tamu undangan, masyarakat seni, dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Widayat menyatakan ide pendirian museum hadir dari para seniman muda.
Mereka adalah mahasiswa Akademi Seni Rupa Indonesia atau ASRI yang punya karya bagus, tapi cuma tergeletak di gudang. Maka alangkah baiknya bila karya seni terbaik mahasiswa dikumpulkan. Karya yang ditaruh di museum itu bisa menjadi bahan pembelajaran bagi generasi selanjutnya." Kami ingin mengapresiasi para seniman untuk kemajuan seni rupa Indonesia," kata Fajar.
Beberapa seniman yang akan terlibat dalam pameran yakni, Ahadi Bintang, Ahmad Oka, Arwin Hidayat, Daniel Timbul, Deni Rahman, Desrat Fianda, Didit Pratomo, Endang Lestari, Hendra 'Hehe' Harsono, Iwan Effendi, Karyadi, Karina Rima Melati, Krisna Widiathama, Lugas Syllabus, Terra Bajraghosa,dan Thedeo Mix Blood (Otong&Dilla).
Kurator pameran dalam siaran pers yang dikirim pengelola Museum Haji Widayat, Rain Rosidi mengatakan pembacaan karya Widayat penting. Seniman yang terlibat dalam acara itu bukan hanya seniman lukis, tetapi juga patung, intermedia, batik, dan instalasi.
Ini sejalan dengan semangat Widayat mengeksplorasi beragam teknik dan media seni, seperti keramik, patung, instalasi, maupun dekorasi (interior). "Pembacaan kembali ini bertujuan agar seniman muda peserta pameran memiliki pengalaman atau preferensi pada pribadi dan karya-karya H. Widayat," kata dia.
Pembukaan pameran akan dipusatkan depan Joglo Hj. Soemini atau nama istri kedua H. Widayat. Budayawan Ajib akan membuka pameran. Ada pula Direktur Jenderal Kebudayaan, Kacung Marijan. Pameran juga menampilkan kolaborasi seni antara seniman peserta pameran dengan seniman muda yang tinggal disekitar Museum Haji Widayat. Ada pula pertunjukkan seni Wawan Geni, pelukis dengan media api.
Museum H. Widayat diresmikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro pada 30 April 1994. Museum Widayat dikelola keluarga sejak 2003. Badan hukum museum berubah menjadi PT pada 2003. Perubahan terjadi setelah H. Widayat meninggal dunia pada 2002.
SHINTA MAHARANI