TEMPO.CO, Damaskus - Bocah Prancis bernama Abu Bakr al-Faransi dilaporkan menjadi pejuang asing termuda kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang tewas di Suriah. Dia berusia 13 tahun saat tertembak dalam pertempuran di Homs dua bulan lalu.
Menurut Radio France International, kedua saudaranya juga diduga tewas di Suriah. Mereka berasal dari Distrik Ampere, Strasbourg. Mereka meninggalkan Prancis untuk bergabung dengan ISIS setahun lalu.
Ia tiba di Suriah pada Agustus 2014 bersama orang tua dan saudaranya. Kakaknya, Mohamed, tewas empat bulan lalu. Saudaranya yang lain, Nadir, tewas pada Oktober 2014. Keberadaan saudara perempuan dan orang tuanya tak diketahui hingga kini.
Belum lama ini, publik kembali dikejutkan oleh langkah ISIS menggunakan algojo anak-anak untuk mengeksekusi sandera. Sebuah video yang diunggah ke Internet memuat bagaimana milisi ISIS memaksa seorang remaja yang dituduh sebagai mata-mata mengakui perbuatannya, kemudian dibunuh oleh seorang anak.
Mengutip laporan Reuters, Selasa, 10 Maret 2015, ISIS mengunggah sebuah video yang berisi pengakuan Muhammad Musallam, 19 tahun, seorang Arab-Israel yang dituduh bekerja di dinas intelijen Israel. Dalam video itu, Musallam tampak berada di sebuah ruangan. Di duduk di kursi dengan mengenakan setelan kodok (jumpsuit) berwarna oranye.
Di situ, Musallam bercerita tentang bagaimana dia direkrut dan dilatih oleh Mossad. Setelah membuat pengakuan, Musallam kemudian digiring ke lapangan dan dipaksa berlutut. Di dekatnya, berdiri seorang anak lelaki yang berumur sekitar 10 tahun. Dalam hitungan menit, bocah itu lalu menembakkan pistolnya dari jarak dekat ke dahi Mussalam.
TELEGRAPH | INDAH P.