TEMPO.CO, Jakarta - Membalikkan badan, bola lantas dia putar melewati punggungnya untuk diberikan kepada rekannya sesama personel tim Cleveland Cavaliers, Kevin Love. Itulah proses umpan Lebron James yang kemudian dikonversi menjadi poin lewat tembakan tiga angka oleh Love ke jala tuan rumah, Detroit Pistons, Rabu dua pekan lalu.
“James sekarang menjadi forward dengan jumlah assist (umpan yang berbuah poin bagi rekannya) terbanyak sepanjang masa,” kata pembawa acara di Stadion the Palace of Auburn Hills, kandang Pistons. Itu menjadi assist -nya yang kelima dari 11 assist yang dia cetak pada laga tersebut, atau yang ke-6.136 dalam 12 tahun kariernya di liga Asosiasi Basket Nasional Amerika Serikat (NBA).
Angka itu satu kali asist lebih banyak ketimbang pemilik rekor sebelumnya, Scottie Pipens, yang pensiun dari NBA pada 2004. Bila ditambah dengan torehan assist sesudah aksi di atas, catatan assist James sekarang berjumlah 6.170 kali.
“Anda pernah melihat Wall Street?” kata pelatih Cavaliers, David Blatt, akhir tahun lalu, menyebut sebuah judul film Hollywood yang top pada 1987. “Dengan assist-nya, James mirip Gordon Gekko (tokoh di film itu yang diperankan Michael Douglas). Gekko berkata, rakus itu bagus.”
Perbandingan Blatt terasa unik. Gekko egoistis sehingga rakus. Sebaliknya, James bukan pemain bola basket yang mementingkan diri sendiri, karena dia suka membagi bola kepada rekannya biar bisa mencetak poin. Namun deretan jumlah assist James terlihat “rakus” bila dilihat dari sisi lain.
Secara keseluruhan, pria berusia 30 tahun itu memang hanya bertengger di peringkat ke-27 para pemegang rekor assist sepanjang sejarah NBA. Angka assist-nya jauh tertinggal oleh peringkat pertama, rekor 15.806 milik John Stockton.
Tapi, perlu diingat, Stockton, yang berkarier di NBA pada kurun 1984–2003 bersama Utah Jazz adalah seorang point guard. Posisinya berada di belakang. Tugasnya memang membagi bola saat menyerang dan menjadi penahan lawan ketiga bertahan. Sebaliknya, James seorang small forward, pemain dengan tugas utama berdiri di depan untuk menghasilkan poin. Membuat assist hanyalah “pekerjaan sampingan”. James sebuah anomali dari seorang frontcourt, pemain depan.
“Saat saya memulai karier, saya hanya tahu bahwa menghasilkan poin haruslah sesuatu yang menjadi ciri khas saya dan Michael Jordan menjadi salah satu inspirasi saya,” kata pria bertinggi badan 203 sentimeter ini. “Tapi saya juga suka membagi bola bila ada rekan yang memang lebih punya peluang mencetak poin.”
Lantas, apakah “kemurahan hatinya” membagi umpan itu mengurangi keganasannya dalam mencetak poin? Tidak juga. Bapak tiga anak ini tercatat sebagai pencetak poin tersubur peringkat ke-21 sepanjang sejarah dengan 24.537 poin. Bandingkan dengan peringkat kedua, Kobe Bryant, yang memang sudah menorehkan 32.482 poin sepanjang kariernya. Tapi, shooting guard Los Angeles Lakers itu berada di NBA tujuh musim lebih dulu ketimbang James.
James memulai karier bersama Cavaliers pada 2003. Prestasi terbaiknya bersama klub itu adalah menembus final musim 2006/2007. Karena bosan tak jua meraih trofi, Sang Raja—julukannya—berganti kostum Miami Heat pada kurun 2010–2014. Di sana dua trofi NBA dia dapat, plus tiga kali gelar pemain terbaik—ditambah satu piala pemain terbaik bersama Cavaliers pada 2009. Awal musim ini, dia kembali ke Cavaliers.
Sejak menjadi pemain NBA, James tak pernah keluar dari peringkat ke-15 besar pencetak assist terbanyak dalam satu musim. Pada 11 musim pertamanya, dia bahkan berada di 10 besar dalam lima musim. Sejak 2003, tak ada frontcourt selain James yang mampu menempatkan diri di 15 besar pencetak assist terbanyak dalam satu musim. Cuma empat frontcourt yang berada di 20 besar.
“Dia memiliki kemampuan menghasilkan assist sebaik tembakannya,” kata pelatih legendaris Amerika Serikat, Mike Krzyzewski. “Jadi, jangan heran bila suatu saat dia mencetak 20 assist dalam satu pertandingan.” Sejauh ini, angka itu baru sebatas prediksi Krzyzewski.
BERBAGAI SUMBER | ANDY MARHAENDRA