TEMPO.CO, Jakarta - Nilai impor Indonesia pada Februari 2015 mencapai US$ 11,55 miliar atau turun 8,42 persen dibandingkan Januari lalu. "Demikian juga jika dibandingkan Februari 2014 turun sebesar 16,24 persen," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin, di Kantor BPS Jakarta, Senin, 16 Maret 2015.
Suryamin mengatakan impor nonmigas pada Februari 2015 mencapai US$9,83 miliar atau turun 6,34 persen dibandingkan Januari 2015. Bila dibandingkan dengan Februari 2014, turun sebesar 4,86 persen.
Menurut Suryamin, penurunan impor nonmigas yang disebabkan oleh adanya penurunan golongan mesin dan peralatan mekanik sebesar 10,29 persen atau US$ 208,2 juta. Kemudian penurunan besi dan baja sebesar 17,54 persen atau US$ 134,9 juta. Impor golongan mesin dan peralatan listrik juga turun senilai US$ 82,1 juta atau 6,17 persen.
"Namun terjadi peningkatan impor nonmigas untuk tiga jenis barang," kata Suryamin. Impor kendaraan bermotor senilai US$ 39,9 juta atau 9,15 persen. Impor serelia naik 13,24 persen atau senilai US$ 31,5 juta dan sisa industri makanan naik 8,36 persen atau US$ 18,4 juta.
Ia menambahkan, impor migas yang disebabkan oleh turunnya impor minyak mentah turun sebesar US$ 873,7 juta atau 44,39 persen. Begitu pula impor hasil minyak, turun US$ 1.973,9 juta atau 44,86 persen, dan gas US$ 325,5 juta atau sebesar 50,92 persen.
Suryamin berkata, Cina, Jepang, dan Thailand tercatat sebagai pemasok impor nonmigas terbesar selama Februari 2015. Cina berada di urutan pertama dengan total pemasok barang impor sebesar US$ 2,51 miliar atau 25,52 persen. Setelah itu, Jepang US$ 1,26 miliar atau 12,79 persen dan Thailand US$ 0,71 miliar atau 7,19 persen. Adapun impor nonmigas dari ASEAN mencapai pangsa pasar 20,84 persen dan Uni Eropa sebesar 7,70 persen.
ODELIA SINAGA