TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati, memprediksi Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia hari ini bakal menahan tingkat suku bunga acuan, BI rate. "Saya rasa Bank Indonesia masih mengamati pasar," ujar Enny saat dihubungi, Selasa, 17 Maret 2015.
Enny sependapat dengan banyak pengamat yang sebelumnya memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga acuan menyusul pelemahan rupiah belakangan ini. Akan tetapi, kata dia, memang sulit bagi bank sentral karena sampai saat ini belum ada kebijakan pasti yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi kondisi rupiah. "Yang ada hanya kebijakan untuk jangka menengah terkait delapan kebijakan dari Jokowi," kata Enny.
Hari ini Bank Indonesia kembali melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) untuk menentukan BI Rate. Sebelumnya, pada 17 Februari lalu, BI menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Sehingga BI Rate yang awalnya sebesar 7,75 persen menjadi 7,5 persen.
Menanggapi delapan kebijakan BI Rate, Enny mengatakan semuanya termasuk jangka menengah untuk stabilisasi nilai kurs rupiah. "Diperlukan antisipasi untuk saat ini," ujar dia. Salah satunya dengan mengawasi dan memperketat para pelaku ekspor agar tidak memarkir uang mereka di luar negeri. "Aturannya harus jelas, mungkin pemerintah bisa berikan intensif."
Selain itu, menurut Enny, kondisi rupiah saat ini sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk menaikkan ekspor. Akan tetapi, harus ada peluang dan dukungan nyata dari pemerintah, seperti dukungan untuk sektor riil yang berpotensi sebagai ekspor.
Karena itu, pemerintah seharusnya cepat mengambil langkah untuk mengantisipasi merosotnya kurs rupiah. "Jangan sampai rupiah kita berada di level Rp 14 ribu," kata dia. "Pemerintah harus gerak cepat dengan kondisi ini."
ODELIA SINAGA