TEMPO.CO, Jakarta - Dalam hidup Ajeng Kuswiasih, ada tiga hal yang membuatnya bahagia yaitu bertemu dengan banyak orang, mode, dan tas kulit.
"Aku sangat menyukai hari Minggu. Saat itu, semua orang berkumpul," kata Ajeng Kuswiasih, Direktur Pemasaran Chata Bags. "Dan aku selalu menganggap diriku sebagai gadis yang beruntung," ujar dia saat kami bertemu dua pekan lalu, di sebuah kafe yang teduh di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ajeng memakai baju hijau, celana krem, dan sepatu berhak tinggi.
Baca Juga:
Ketika dihadpkan pada pertanyaan, apakah ia pernah menonton Silver Linings Playbook, yang dibintangi Jennifer Lawrence? Ajeng menggeleng. Film favoritnya adalah The Holiday, yang dibintangi Cameron Diaz dan Kate Winslet.
Bisa jadi pertanyaan itu terlontar buat Ajeng lantaran apa yang dia katakan barusan mirip ucapan Pat pada awal film Silver Linings: "Sunday's my favorite day again. I think of what everyone did for me, and I feel like a very lucky guy."
Sambil mengulum senyum, Ajeng mengatakan tak mengutip kata-kata Pat. Bahkan kisah hidupnya sama sekali berbeda dengan Pat. Ajeng mengatakan itu hanya karena ia memang menyukai keriaan di hari Minggu. Kegembiraan yang bisa ia bawa ke hari Senin dan seterusnya, ketika ia sibuk memasarkan tas kulit premium asli Indonesia itu.
"Aku ingin dikenang sebagai Ajeng si penjual tas," katanya. Dulu, saat kuliah di Universitas Katolik Atma Jaya, Ajeng ingin menjadi seperti Susi Pudjiastuti, yang memiliki perusahaan penerbangan. Tapi Ajeng kemudian sadar, passion dia ada di sekitar fashion.
Ada tiga alasan Ajeng menyukai pekerjaannya saat ini. Pertama, ia berkesempatan bertemu dengan banyak orang. Ajeng seperti menyerap energi dari orang yang ditemuinya. Setidaknya, setiap pekan dia harus berkenalan dengan tiga orang baru. Ajeng tak betah sendiri. Jika orang lain kerap terganggu oleh pesan yang masuk ke ponsel, Ajeng justru menikmatinya. "Kalau telepon diam, tak ada yang mengirim pesan untuk menanyakan kabar, aku bisa senewen," ucapnya.
Kedua, mode adalah sesuatu yang bisa membuatnya bahagia. Ia punya puluhan tas dan belasan sepatu. Dua hal yang menentukan mood-nya adalah, "Rambut yang bagus dan sepatu berhak," kata perempuan setinggi 160 sentimeter ini.
Ketiga, ia berkesempatan memajukan brand lokal. Berbeda dengan busana lokal yang sudah mendapat tempat di kalangan pencinta fashion, tas premium lokal kerap masih dipandang sebelah mata. Ajeng ingin membuktikan bahwa hal itu salah. Motif batik kawung yang dicetak di atas kulit sapi Jawa adalah karakter yang ingin ia kedepankan.
Ia yakin, ketiga hal itu tidak hanya bisa membuatnya bahagia, tapi juga orang lain.
QARIS TAJUDIN | HP