TEMPO.CO, Ciamis - Keluarga Ifah Syarifah, warga negara Indonesia yang ditangkap di Turki, tidak pernah mengikuti pemilihan kepala daerah hingga pemilihan ketua rukun tetangga. Hal ini disampaikan Kepala Dusun Sindang, Euis Herawati, saat ditemui Selasa Sore, 17 Maret 2015. "Keluarga itu tak pernah ikut (pemilihan)," katanya.
Menurut Euis, keluarga itu tidak memilih karena takut salah dalam memilih pemimpin. Padahal, undangan untuk memilih telah diberikan panitia kepada keluarga itu. "Tapi enggak apa-apa, itu kan hak mereka," ujar dia.
Sehari-hari keluarga Ifah juga agak tertutup. Euis menuturkan mereka tidak pernah terlihat bercengkerama, bahkan di teras rumah. "Ngobrol dengan tetangga seperlunya saja," kata Euis.
Namun, keluarga Euis selalu membayar iuran untuk kas desa atau RT. "Iuran ronda selalu ikut," ujarnya.
Satu keluarga asal Ciamis ditangkap aparat Turki. Mereka merupakan bagian dari 16 WNI yang ditangkap karena kedapatan mencoba menyeberang ke Suriah dengan jalur yang sering digunakan simpatisan militan negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Komandan Kodim 0613 Ciamis Letnan Kolonel Ruddy Jan Pribadi membenarkan ada lima warga Ciamis yang ditangkap aparat Turki. Lima warga tersebut merupakan bagian dari 16 WNI yang ditangkap di Turki. "Ya, betul," kata Ruddy saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Selasa, 17 Maret 2015.
Kelima warga tersebut terdiri dari empat orang berasal dari Kecamatan Rancah dan satu orang dari Kecamatan Pamarican. Empat orang dari Rancah merupakan satu keluarga.
Satu keluarga yang diamankan aparat Turki, Ruddy menjelaskan, yakni Daeng Stanjah dan istrinya Ifah Syarifah. Kemudian dua anaknya, Ishaq (6 tahun) dan Aisyah Mujahidah (5 tahun).
Keluarga ini berdomisili di Dusun Sindang, Desa/Kecamatan Rancah, Ciamis. "Satu orang lagi, Muhammad Ihsan Rais berasal dari Pamarican," katanya.
CANDRA NUGRAHA