TEMPO.CO, Pontianak - Hingga sepekan setelah kematian Tari Arizona, Kepolisian belum juga menemukan tersangka pembunuh pegawai Pengadilan Tinggi Pontianak, itu. "Belum bisa kami temukan. Hasil olah TKP belum memberi gambaran seutuhnya," kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Kota Pontianak Komisaris Andi Yul Lapawesean, Rabu, 18 Maret 2015.
Tari ditemukan tewas mengenaskan di kediamannya, Jalan Tani Makmur, Kota Baru, Pontianak Selatan, Rabu, 11 Maret 2015, pukul 07.24. Penyelidik menemukan Tari telungkup di ruang tamu dengan tengkorak remuk berlumuran darah dan mulut dililit lakban dan tangan terikat ke belakang. Dia ditemukan tanpa baju atasan dan hanya memakai penutup dada.
Terkait dengan temuan nasi bungkus di lokasi kejadian, tim kepolisian telah melakukan pemeriksaan ulang terhadap rumah makan tempat Tari biasa membeli makanan. "Nasi itu dibeli Senin. Penjual nasi sudah ditanya ulang. Jadi dia tidak makan malam dengan seseorang, malam hari sebelum terbunuh," kata Andi.
Tari Arizona dikenal sebagai sosok periang dan terbuka di mata teman-temannya. Kepada teman seruangannya Tari biasa mengungkapkan keluh kesah hidupnya. "Apa pun dia ceritakan kepada temannya. Orangnya terbuka, apalagi dengan teman seruangannya," kata Sab'al Anwar, panitera pengganti di Pengadilan Tinggi Pontianak, Kalimantan Barat, Senin petang, 16 Maret 2015.
Anwar mengisahkan, Tari pernah menceritakan bahwa dirinya kerap mendapat teror dari sejumlah orang. Sejauh ini teror masih berupa ancaman lewat pesan pendek dan telepon. "Tari sempat mengganti nomor telepon, karena tak ingin diganggu," ujar Anwar, yang juga rekan seruangan Tari. Beberapa orang yang dicurigai Tari sebagai pelaku teror. Namun, Anwar hanya mendengar sepintas lalu.
Baca Juga:
Menurut Anwar, tidak ada yang berbeda pada hari Selasa, 10 Maret 2015, atau sehari sebelum kematian janda bersia 25 tahun, itu. Anwar mengatakan, Tari tetap masuk seperti biasa dan absen di pagi. Janda beranak satu itu datang menunggangi sepeda motor Yamah Mio-nya. Memang tidak ada tugas kantor yang berat saat itu. Tari vertugas mencatat register kasus-kasus di Pengadilan Tinggi Pontianak.
Anwar memperlihatkan tumpukan buku registrasi berwarna merah, hasil kerja Tari tahun lalu. Buku yang sudah penuh disusun di atas filing cabinet besi. Sudah dua tumpukan buku yang Tari kerjakan. Anwar mengatakan, seluruh jajaran Pengadilan Tinggi Pontianak berupaya membantu polisi sekuat tenaga agar kasus pembunuhan ini segera terungkap. "Kami berharap, kasus ini segera terungkap."
ASEANTY PAHLEVI